Malang Raya

Cak Wito, Seniman Kota Malang yang Setia Menulis Naskah untuk Pementasan Ludruk Kartolo

Pertunjukan ludruk dari naskah-naskahnya sudah dilihat jutaan pemirsa, baik di televisi maupun langsung di panggung ludruk

Penulis: Sany Eka Putri | Editor: eko darmoko
SURYAMALANG.COM/Sany Eka Putri
Cak Wito menunjukkan daftar naskah yang ia buat untuk pementasan Ludruk kartolo, Senin (26/12/2016). 

SURYAMALANG.COM – Dipercaya sebagai penulis naskah banyolan Ludruk Kartolo adalah sebuah kehormatan bagi seniman asal Kota Malang, YP Suwito Herry Sasmito (66). Kepercayaan ini didasari karena Suwito Herry Sasmito punya jam terbang tinggi di bidang seni pertunjukan ludruk.

Sejak tahun 60-an, ia sudah akrab dan berkecimpung di jagad ludruk. Kegemarannya terhadap ludruk dimulai sejak ia duduk di bangku SMP. Bahkan, ia sering pulang larut malam karena terbuai dengan pertunjukan ludruk.

Tahun 2004, ia mulai dipercaya membuat naskah Ludruk Kartolo hingga saat ini. Idealisme yang terpendam dalam jiwanya, serta keuletannya di jagad ludruk, membuatnya bertahan sebagai seniman hingga saat ini.

Ketika SURYAMALANG.COM sowan di kediamannya di Jl Danau Maninjau VI B2/D5, Senin (26/12/2016), ia bercerita ikhwal sejumlah naskah yang sudah ia tulis dan sudah dipentaskan. Pertunjukan ludruk dari naskah-naskahnya sudah dilihat jutaan pemirsa, baik di televisi maupun langsung di panggung ludruk.

Seniman yang akrab disapa Cak Wito ini baru saja membuat naskah Ludruk Kartolo anyar. Naskah ini akan ditampilkan di Lumajang dalam rangka mengembangkan destinasi wisata di sana.

“Ya itu, saya sempat kehabisan ide. Saya duduk-duduk di buk depan rumah. Tiba-tiba ada pemuda lewat, mengendarai sepeda motor, dan berhenti tak jauh dari rumah. Pemuda laki-laki itu, tertawa sendiri menggunakan helm. Saya perhatikan, ini kenapa kok ketawa-ketawa sendiri. Ternyata, di dalam helm itu dia sedang telepon. Dari situ saya langsung mengambil kertas dan menulis naskah,” kata Cak Wito.

Saat itu, ia membuat judul naskah ‘Tak Terduga’. Dari daftar naskah yang ia tunjukkan, totalnya mencapai angka 500 naskah. Bagi Cak Wito, kesenian ludruk sudah mendarah daging di dalam dirinya.

Dari naskah cerita yang ia buat, kebanyakan memang terinspirasi dari cerita kehidupan saat ini. Di antara naskah yang pernah ia tulis adalah Vampir Kluyuran, Sapari Mbayi, Bayi di Atas Becak, Kartolo Juragan Becak, dan masih banyak lagi. Saat ini, Cak Wito masih setia berkecimpung di dunia seni, seperti pemain seni pertunjukan tradisional, pelawak, dan juga juri kesenian.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved