Malang Raya
Mau Tahu Wilayah Kumuh Paling Luas di Kota Malang, Di Sini Tempatnya
Wasto mengatakan pembenahan akan dilakukan di Kelurahan Polehan, dan Kawasan Pecinan, Kelurahan Sukoharjo.
Penulis: Aflahul Abidin | Editor: Zainuddin
SURYAMALANG.COM, KLOJEN – Sebanyak 29 titik di kelurahan masih menjadi wilayah kumuh. Pemkot Malang baru akan mengajukan pembenahan untuk dua titik di dua kelurahan ke pemerintah pusat pada 2017.
Padahal, target nol wilayah kumuh dalam program 100-0-100 sudah harus dipenuhi pada 2019.
Data yang dihimpun SURYAMALANG.COM, total wilayah kumuh di Kota Malang mencapai 608,6 hektare. Kelurahan yang wilayah kumuhnya terluas adalah Bareng (81,56 ha), disusul Ciptomulyo (62,6 ha), Penanggungan (53,01 ha), dan Kasin (48,20 ha).
Wilayah lain memiliki luas kawasan kumuh beragam mulai dari 47 ha hingga di bawah 1 ha.
Kepala Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan (BP3) Kota Malang, Wasto mengatakan pembenahan akan dilakukan di Kelurahan Polehan, dan Kawasan Pecinan, Kelurahan Sukoharjo.
Total luasan kawasan kumuh di Polehan sekitar 17,50 ha, sedangkan Sukoharjo mencapai 39,2 ha.
Jika pengentasan kawasan kumuh di dua wilayah ini berhasil, pengurangan kawasan kumuh baru mencapai 9,32 persen.
“Selain dari Kementerian Pekerjaan Umum, kami juga mengajukan proposal untuk dana pinjaman luar negeri yang didapat pemerintah. Totalnya mencapai Rp 9,8 miliar,” kata Wasto, Sabtu (31/12/2016).
Dana itu di luar ajuan perbaikan Pasar Besar yang terbakar beberapa bulan lalu.
Progres pengentasan kawasan kumuh 2017 bergantung besaran capaian menuju kota nol persen kawasan kumuh. Wasto optimistis bisa memaksimalkan pengentasan kawasan kumuh dalam tiga tahun.
Jika pemerintah pusat menyanggupi pengajuan anggaran untuk pembenahan dua kawasan kumuh itu, Pemkot akan menggunakannya untuk memperbaiki kawasan sekitar das sungai. Cara itu cukup efektif untuk menghapus kesan kumuh. Ia menyebut sebagaian besar kawasan kumuh merupakan kawasan di sekitar das sungai.
“Pada tahun ini sudah diterapkan di satu kelurahan di Kecamatan Sukun. Rumah-rumah yang awalnya membelakangi sungai, sekarang sudah menghadap sungai. Dengan rumah yang menghadap ke sungai, warga semakin peduli terhadap kebersihan sungai,” lanjut Wasto.