Pasuruan
Keterlaluan, Sudah dapat Anggaran Rp 14 Miliar, Tapi Rumah Sakit Ini Cuek dengan Pasien Miskin
Anggota Komisi IV Kasiman mengaku kesal dengan sikap rumah sakit (RS) ini. Ia menilai, pihaknya sudah menganggarkan khusus sebesar Rp 14 miliar
Penulis: Galih Lintartika | Editor: eko darmoko
SURYAMALANG.COM, PASURUAN - Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Pasuruan geram dengan sikap RSUD Bangil yang sengaja membiarkan pasien miskin Nurani (45) warga Bulukandang, Kecamatan Prigen tidak ditangani. Seharusnya, RSUD Bangil melayani pasien miskin tersebut.
Sebab, RSUD Bangil sudah mendapatkan anggaran sebesar Rp 14 miliar untuk melayani pasien yang berasal dari masyarakat kurang mampu. Nominal itu khusus digunakan untuk program Keluarga Miskin (Gakkin) yang dibuat Pemerintah Kabupaten (Pemkab Pasuruan).
Anggota Komisi IV Kasiman mengaku kesal dengan sikap rumah sakit (RS) ini. Ia menilai, pihaknya sudah menganggarkan khusus sebesar Rp 14 miliar untuk perawatan dan pengobatan keluarga miskin.
Jenis pembiayannya pun bervariasi. Tapi, prinsipnya, apapun penyakitnya yang dialami warga miskin di Pasuruan ini bisa teratasi dan tercover oleh anggaran Rp 14 miliar tersebut.
"Ke mana anggaran sebegitu banyaknya. Itu anggaran untuk membiayai pengobatan rakyat. Tidak seharusnya dilakukan oleh RS yang sudah mendapatkan akreditasi paripurna itu," terangnya.
Dia menjelaskan , RS yang sudah mendapatkan akreditasi paripurna itu seharusnya pelayanan di masyarakat sudah nomor satu dan tidak perlu dikeluhkan.
"Paripurna itu sama saja rumah sakit bintang 5. Seharusnya, apapun pasiennya, harus ditolong dan diberi perawatan bukan justru dibiarkan seperti ini. Kasihan ibu ini, harus segera dioperasi, karena gondoknya semakin membesar," paparnya.
Jika dihitung, kata Kasiman, dalam setahun, anggaran itu belum habis. Apalagi, tahun 2017 ini, pihaknya mengganggarkan Rp 20 miliar untuk program gakkin ini.
"Sangat tidak mungkin , kalau hanya membiayai operasi gondok tidak mampu atau alasan anggarannya habis. Toh, operasi gondok ini diperkirakan hanya menghabiskan uang tidak lebih dari Rp 10 juta," tandasnya.
Politisi Partai Gerindra ini mengaku paling geram saat pasien ini diminta untuk membayarkan uang. Alasannya untuk mempercepat proses penanganan dan perawatan medis.
"Orang sudah susah , justru disuruh bayar. Apa kurang banyak anggaran segitu. Saya akan jadikan kejadian ini sebagai bahan evaluasi dan kemungkinan akan kami bawa ke paripurna," ungkapnya.
Pihak RSUD Bangil belum bisa dihubungi hingga berita ini diturunkan. Namun, ada informasi bahwa pasien penderita gondok atas nama Nuraini akan ditangani pekan depan.
"Paling lambat minggu depan, pasien itu akan dioperasi gondoknya," kata seorang perawat RSUD Bangil yang menolak namanya dicantumkan.