Nasional
Dua Tahun Kehilangan Kontak Keluarga, Kakek Asal Kota Batu Hidup Sebatang Kara di Kalimantan
Kisah mengenai pria asal Kota Batu, Jawa Timur yang hidup sebatang kara di Tarakan, Kalimantan Utara, itu beredar viral di media sosial.
SURYAMALANG.COM, TARAKAN - Perasaan ingin berjumpa keluarga terkadang sangat menggebu-gebu ketika tinggal jauh dari kampung halaman.
Terlebih bila itu dialami oleh seorang lansia yang seharusnya sudah saatnya untuk berkumpul bersama keluarga.
Hal itulah yang saat ini sedang dialami oleh seorang pria yang disebut-sebut bernama Slamet Riadi.
Kisah mengenai pria asal Kota Batu, Jawa Timur yang hidup sebatang kara di Tarakan, Kalimantan Utara, itu beredar viral di media sosial.
Beberapa netizen telah menyebarkan foto-foto dan kisahnya berharap agar keluarga Slamet segera ada yang tahu.
Menurut postingan tersebut, salah satunya dibagikan oleh netizen Nuria Love'x Abi Miefta, Slamet sudah tidak berkomunikasi dengan keluarganya sejak kehilangan ponsel sekitar dua tahun silam.
Sejak itu pula dia hidup sebatang kara di Tarakan. Di tengah kondisi demikian, Slamet justru menderita hipertensi dan terkena stroke yang menyerang bagian kiri tubuhnya.
Untungnya, ada warga yang iba dan akhirnya membawanya ke panti asuhan. Dia baru tinggal di panti tersebut selama dua hari.
Sebenarnya, ada kerabat Slamet yang juga tinggal di Kalimantan Utara. Namun, mereka juga tidak mengetahui kondisi Slamet.
Berikut isi postingan yang telah menyebar viral itu.
“Bantu share. Mohon bantuannya buat mbah Slamet Riadi. Saya dan teman-teman bertemu beliau di panti jompo kelurahan Juata Permai Kota Tarakan. Beliau mendekat pada kami, terdiam sejenak, menitikkan air mata dan mencurahkan betapa rindunya si mbah pada keluarganya.
Beliau memohon bantuan untuk dicarikan keluarganya. Kontak terputus sejak beliau kehilangan satu-satunya HP yang dimilikinya atau sudah tidak berkomunikasi lagi selama sekitar dua tahunan.
Mbah hidup sebatang kara di kota Tarakan. Beliau tinggal di panti baru dua hari yang lalu karena ada warga yang iba karena si mbah sakit hipertensi dan terkena stroke di bagian kiri tubuhnya. Beliau sangat sedih karena tidak ada satupun keluarganya yang mengetahui bahwa dirinya sedang sakit.
Mbah Slamet, asli Batu, Jawa Timur, dulu pernah berdomisili di Batu-Mbesul-Temas Timur, Pasar Batu. Mbah punya seorang anak bernama Witono yang berdagang bakso dan pangsit mie di Mbesul, dekat terminal Batu, Jawa Timur.
Seorang lagi anaknya bernama Tatik Ridayati yang beralamat di Pujon Ngereh yang bekerja sebaga perawat di RSUD Malang.
Sanak keluarga terdekat yang beliau tahu, tinggal di km 10 kabupaten KTT, Kalimantan Utara, bekerja sebagai pembuat batu bata atas nama Edi dan Azizah.
Bagi teman-teman yang mengenal beliau dan sanak keluarga yang beliau sebut bisa mendatangi panti jompo kelurahan Juata Permai kota Tarakan.”