Nasional

Lumba-lumba Bisa Hidup hingga 50 Tahun di Alam Liar, tapi Cuma Bertahan 5 Tahun di Sirkus

Lumba-lumba itu bukan ditangkar di kolam yang luasnya terbatas dan dijadikan eksploitasi untuk mengambil keuntungan sebuah industri.

Editor: Zainuddin
tribunkaltim.com
Atraksi lumba-lumba yang digelar di Transmart Carrefour Balikpapan, 20 Januari-19 Februari 2017. 

Pengekangan Satwa

Danielle Kreb, seorang aktivis yang menolak sirkus lumba termasuk peneliti satwa dari Rare Aquatic Species of Indonesia (RASI), mengungkapkan, atraksi lumba merupakan tindakan pengekangan terhadap satwa lumba yang seharusnya hidup liar.

Kata dia, lumba-lumba itu bukan ditangkar di kolam yang luasnya terbatas dan dijadikan eksploitasi untuk mengambil keuntungan sebuah industri, apalagi saat ditangkar dilatih pola hidup yang tidak sesuai kondisi alamiahnya.

“Di berbagai negara Amerika dan Eropa sudah banyak yang menghentikan sirkus lumba,” ungkapnya kepada Tribunkaltim.co usai pertemuan dengan Sekwan DPRD Balikpapan, Jumat (20/1/2017) lalu.

Dia menjelaskan, lumba-lumba di penangkaran dipaksa tampil setiap hari, tidak hidup alami di lautan serta dipaksa melompati lingkaran api.

Lebih tragisnya lagi, kata Kreb, program latihan sirkus dilakukan dengan metode rasa lapar.

“Lumba-lumba lapar akan patuh pada pelatih. Pakai umpan ikan, lumba-lumba akan menurut,” tutur wanita kelahiran Belanda, 5 September 1971 ini.

Selain itu, lumba-lumba seakan "dipenjara" sebagai alat industri komersil yang akibatnya mengalami depresi ketika dalam lingkungan sirkus serta gelombang sonar lumba pun rusak.

“Ditaruh dalam kolam penangkaran lumba-lumba tidak hidup normal. Mengalami usai pendek. Biasanya hidup di alam liar bisa hidup 40 sampai 50 tahun. Kalau dipenangkaran hanya bisa hidup sampai 5 tahun saja,” ungkap Kreb.

Dia mengusulkan, apabila memang lumba-lumba itu tujuannya untuk edukasi satwa dan sumber pendapatan daerah seharusnya yang mesti dilakukan adalah memanfaatkan potensi alami lumba-lumba.

Melihat kondisi alam Teluk Balikpapan bisa dijadikan lokasi wisata edukasi. Pengunjung bisa melihat secara langsung kehidupan alami lumba-lumba di perairan Teluk Balikpapan.

“Teluk Balikpapan yang kami pelajari tempat lumba-lumba. Bisa kita lihat. Pemerintah daerah bisa jadikan tempat wisata,” kata wanita lulusan Universitas Amsterdam Belanda jurusan Biologi ini.

Namun tegasnya, lokasi alami wisata alam lumba-lumba mesti ada aturannya.

“Jumlah pengunjung tidak boleh terlalu banyak. Kalau mau mendekati lumba-lumba harus mematikan mesin kapal laut,” tuturnya menutup pembicaraan dengan Tribun.

Sementara itu, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kaltim menyatakan, penyelenggara sirkus lumba, yakni Taman Impian Jaya Ancol, merupakan salah satu lembaga konservasi yang memiliki izin untuk menyelenggarakan peragaan hewan, termasuk hewan-hewan dilindungi.

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved