Malang Raya

Empat Kali Kericuhan Pecah di Merjosari, Seperti Ini Kejadiannya

Kericuhan pertama terjadi ketika mobil dan rombongan pasukan tiba di depan kantor. Ratusan pedagang berusaha menghadangnya sambil berteriak dan marah.

Penulis: Sri Wahyunik | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM/Hayu Yudha Prabowo
Pedagang Pasar saling dorong dengan petugas Pengawas Ketertiban Pasar dalam aksi penolakan pembongkaran bertahap Pasar Penampungan Sementara Merjosari Kota Malang, Kamis (6/4/2017). 

SURYAMALANG.COM, LOWOKWARU - Upaya pembongkaran pasar penampunganMerjosari mendapat perlawanan dari pedagang. Kericuhanpun sempat terjadi. Setidaknya ada empat kali bentrok terjadi antara petugas dan pedagang, Kamis (6/4/2017)

Pedagang mulai merapatkan barisan ketika ratusan personel kemanan itu berjalan menghampiri dari arah Taman Merjosari. Mobil milik Sabhara yang berfungsi untuk menghimbau kerumunan warga berjalan paling depan.

Di belakang mobil berbaris pasukan Wastib, diikuti oleh Satpol PP, kemudian aparat kepolisian, dan terakhir anggota TNI.

Kericuhan pertama terjadi ketika mobil dan rombongan pasukan tiba di depan kantor. Ratusan pedagang berusaha menghadangnya sambil berteriak dan marah. Mereka menginginkan mobil mundur. Namun petugas di mobil itu bersikukuh terus melaju.

Setelah beberapa menit ricuh dan saling dorong, akhirnya mobil bisa melaju. Aparat keamanan kemudian berhadap-hadapan dengan pedagang. Pedagang pun melantunkan lagu Indonesia Raya, shalawat dan aneka orasi.

Tiba-tiba di salah satu ujung terjadi kericuhan lagi. Beberapa pedagang terlibat adu mulut dengan petugas Wastib. Tak hanya adu mulut, kedua belah pihak juga sudah saling dorong, saling kejar, hingga nyaris saling pukul. Kericuhan itu berhasil direda.

Puluhan personel Wastib yang terbawa situasi panas, akhirnya ditarik oleh perwira polisi. Mereka ditarik untuk berjaga kembali di depan pintu masuk kantor pasar. Namun tidak lama kemudian kembali terjadi kericuhan. Kali ini tidak hanya dengan Wastib, tetapi dengan kepolisian. Beberapa orang warga sempat diamankan polisi dan dipisahkan agar tidak membuat kericuhan makin parah.

Ketika kericuhan ketiga berlangsung, tiba-tiba sejumlah personel Wastib dan kepolisian berhasil masuk ke pelataran kantor pasar. Tidak ada perlawanan meskipun pedagang tahu ada Wastib dan polisi masuk pelataran kantor.

Pedagang hanya melihat dan tidak melarang. Wastib pun mulai membongkar bangunan memakai peralatan sederhana. Pembongkaran dimulai dengan mencopoti jendela. Sedangkan polisi membentuk pagar betis, melindungi Wastib yang membongkar kantor.

"Ya terpaksa dibiarkan, mau gimana. Mereka selalu pakai hukum. Nanti kalau terus melawan kami juga malah kena. Terpaksa dibiarkan saja kantornya dibongkar. Tetapi tidak dengan pasar ini. Kami tetap ingin pasar ini ada, bangunannya ada karena kami tidak mau pindah," ujar Suhada, seorang pedagang tempe.

Emosi pedagang juga sedikit 'dingin' setelah Korlap aksi, Sabiel diminta polisi untuk mendinginkan situasi. Pedagang memang akhirnya sedikit melunak dengan pembongkaran kantor pasar itu.

Namun tidak dengan pemindahan pedagang ke PTD. "Ini pak polisi nawarkan pengawalan pindah ke Dinoyo, teman-teman di sini apakah ada yang mau pindah?," tanya Sabiel melalui pengeras suara.

'Tidak," jawab pedagang serempak.

'Bagi yang tidak mau pindah, silahkan ngacung," kata Sabiel lagi.

Orang yang memadati pelataran kantor pasar itu mengacungkan tangan pertanda menolak pemindahan itu. Setelah itu sempat terjadi kericuhan, meskipun akhirnya pembongkaran tetap berjalan.

Halaman
12
Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved