Sumenep

Luar Biasa, Keterbatasan Tak Menghalangi, Guru Difabel Ini Abdikan Dirinya Selama 22 Tahun

Berkat ketekunan dan kesabarannya tersebut, Pak Hasa pernah mendapatkan anugerah Dompet Dhuafa Award tahun 2015 bidang pendidikan.

Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM/Khairul Amin
Hasanuddin (42) warga Dusun Duko, Desa Batang-batang Laok, Sumenep tak putus asa mengabdi sebagai guru 

“Alhamdulillah, saya menjadi lebih semangat mengabdi dengan penghargaan tersebut,” ungkap pria menggunakan peci hitam tersebut.

Ia mengisahkan, karena anugerah tersebut digelar di Jakarta, ia harus kesana dengan naik pesawat terbang.

“Pengalaman pertama naik pesawat, saya takut saat pesawat belok, seperti mau jatuh,” unkapnya sambil tersenyum.

Sepulang mengajar, Pak Hasa mengisi waktunya dengan mengerjakan kerajinan tangan gelang juga kalung yang terbuat dari manik-manik.

Setiap satu gelang pak hasa mendapatkan upah Rp 250 rupiah.

Satu gelang bisa Pak Hasa selesaikan paling cepat 30 menit.

“Murah sih mas, tapi dari pada diem ya dikerjakan saja, hasilnya untuk uang jajan anak-anak,” terang laki-laki menggunakan baju putih tersebut.

Menurut Moh Hosnan (34), Kepala Sekolah tempat Pak Hasa mengajar, Pak Hasa adalah sosok guru panutan dan pantang menyerah.

“Ia termasuk guru yang sabar mas, walaupun terbatas secara fisik, semangat mengajarnya tinggi, patut di contoh,” terangnya.

(Khairul Amin)

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved