Surabaya
Kampus ITS Terdampak Teror Bom Surabaya, Radikalisme Hingga HTI, Rektor Buat Pengakuan Ini
Joni juga mengatakan, terkait peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini, ITS tidak mau diklaim sebagai kampus radikal.
Penulis: sulvi sofiana | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM, SURABAYA –Dua Perguruan Tinggi negeri di Surabaya, Universitas Airlangga (Unair) dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) iku terseret dalam peristiwa teror bom yang terjadi di kota Surabaya.
Dua kampus yang jadi tujuan pendidikan mahasiswa dari seluruh penjuru Indonesia itu disebut-sebut terkait dengan teror bom setelah para pelaku bom bunuh diri diketahui pernah berstatus sebagai mahasiswa Unair dan ITS.
Pihak ITS mengakui dua orang yang ditetapkan sebagai pelaku dan telah tewas terkait teror bom di Surabaya pernah menjadi mahasiswa ITS dan salah satunya merupakan alumnusnya.
Rektor ITS, Prof Joni Hermana mengungkapkan terduga pelaku Budi Satrijo yang ditembak mati Tim Densus 88 Mabes Polri di rumahnya di kawasan Perumahan Puri Maharani, Masangan Wetan, Kecamatan Sukodono, Sidoarjo pernah tercatat sebagai mahasiswa ITS.
Budi adalah mahasiswa Teknik Kimia tahun 1988 dan lulus pada tahun 1996.
Pihaknya menjelaskan, pada masa studinya Budi tidak memperlihatkan tanda-tanda mencurigakan dan normal seperti mahasiswa lainnya.
Budi juga aktif dalam kegiatan berwirausaha.
“Sebagai alumnus yang lulus 22 tahun yang lalu, seluruh aktivitas yang bersangkutan tentunya di luar sepengetahuan ITS dan semua merupakan tanggungjawab pribadi masing-masing di depan hukum,” jelas Prof Joni.
Sementara Anton Ferdianto, pelaku peledakan bom di Rusunawa Wonocolo Sepanjang Sidoarjo diakui pernah tercatat sebagai mahasiswa D-III Teknik Elektro ITS pada tahun 1991.
Namun, ia tercatat hanya menjalani kuliah satu tahun dan selanjutnya tidak aktif kembali.
“Jadi bisa dikatakan Drop Out otomatis dan bukan alumnus ITS. Kami tidak mengetahui status yang bersangkutan selanjutnya,” ujarnya di hadapan awak media.
Terkait kampus yang dijadikan tempat menanamkan paham radikal, Rektor ITS ini juga menegaskan saat ini kegiatan mahasiswa selalu dalam pantauan.
Untuk pembelajaran agama islam menurut Joni ada bidang kerohanian islam yang dikelola dosen yang telah ditunjuk.
“Dulu mentoring dilakukan independent kepada mahasiswa. Sekarang sudah melakukan koordinasi dengan pembinaan yng dilakukan oleh dosen dan mahasiswa yang memang sudah kami bisa,”urainya.
Pembatasan pemberi materi dalam setiap kegiatan mahasiswa juga dilakukan dengan membentuk tim peninjau.