Nasional
Mengintip Buku Panduan Teroris Nyamar Jadi Warga Biasa dan Kiprah Perempuan dalam Aksi Radikal
Buku panduan tersebut menjadi tutorial agar pelaku bisa berinteraksi dengan masyarakat tanpa menimbulkan kecurigaan.
"Pokoknya kita temukan ada buku panduan itu," tutur Barung.
Peran perempuan yang kian nyata dalam aksi radikal
Dalam teror bom di Surabaya ini, perempuan juga turut menjadi pelaku.
Melansir dari Kompas.com, Navhat Nuraniyah, peneliti dari Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) mengatakan tren ini (perempuan turut serta dalam aksi radikal) sudah terjadi sejak beberapa tahun lalu.
"Kenapa perempuan terlibat, tren ini bisa kita lihat sejak ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah) berdiri pada 2014-2015," kata Navhat di Jakarta, Selasa (15/5/2018).
Ia menyebut bahwa ISIS kemudian mengeluarkan instruksi yang membolehkan perempuan melakukan jihad secara fisik pada sekitar Oktober 2017 lalu.
Baca: Jarang Orang Tahu, ini Dia 7 Ciri Orang Hendak Melakukan Bom Bunuh Diri
Tren ini kemudian terlihat di Indonesia, ketimbang di kawasan lain seperti di Mindanao, Filipina Selatan.
Begitupun juga dari penuturan Direktur Wahid Foundation, Yenny Wahid.
Ia menuturkan sebenarnya sudah sejak lama perempuan masuk ke dalam jaringan radikalisme maupun terorisme.
Namun baru akhir-akhir ini saja perannya terlihat semakin jelas.
"Mungkin baru sekarang kita sadar karena peran yang dimainkan langsung center stage," tutur Yenny.
Menurut Yenny, ada beberapa peran yang dimainkan perempuan dalam gerakan radikalisme dan terorisme.
Yang pertama, perempuan merupakan perekrut orang untuk masuk ke dalam jaringan, maupun orang untuk dijadikan "pengantin" alias pelaku aksi teror.
Yang kedua, perempuan pun kerap kali menjadi fundraiser atau penggalang dana untuk kegiatan radikalisme.
Selain itu, perempuan pun menjadi pengatur logistik dalam aksi radikal atau teror.
Baca: Pengakuan Eks Teroris, Alasan di Balik Teror Bom 3 Gereja di Surabaya Ternyata dari Video ini