Nasional

Mengintip Buku Panduan Teroris Nyamar Jadi Warga Biasa dan Kiprah Perempuan dalam Aksi Radikal

Buku panduan tersebut menjadi tutorial agar pelaku bisa berinteraksi dengan masyarakat tanpa menimbulkan kecurigaan.

Editor: Pambayun Purbandini
Pulse.com.gh & SURYAMALANG.COM/Sugiharto
Kiri: Ilustrasi 3 wanita, kanan: Tim Gegana saat melakukan sterilisasi di area GKI Diponegoro, Minggu (13/5/2018) 

"Kalau mau penyerangan, dia yang sewa mobil, sewa motor, atau beli ini itu," jelas Yenny.

Yang terakhir, peran lainnya adalah menjadi eksekutor.

Peran ini yang terlihat dalam beberapa aksi teror baru-baru ini, termasuk aksi bom bunuh diri di Surabaya.

Dari pandangan segi agama, Wakil Sekretaris Komisi Kerukunan Antarumat Beragama Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat KH Abdul Moqsith Ghozali menjelaskan, para pelaku teror dan bom bunuh diri di Surabaya beberapa waktu lalu keliru membaca Al-Quran dan hadits.

Tak hanya itu saja, mereka juga keliru memahami sejarah Nabi Muhammad SAW.

Moqsith menyebut pula, perang yang digadang-gadang oleh para pelaku teror tersebut, khususnya di Surabaya, tidak sesuai dengan syariat Islam.

Sebab, Islam tidak membenarkan perempuan dan anak-anak terlibat dalam perang.

Dalam sejarah, istri Nabi Muhammad maupun para sahabat-sahabatnya tidak pernah dilibatkan dalam perang.

Baca: Eks Teroris Bongkar Alasan Surabaya Dibom, Reproduksi Calon Pengantin dan Jumlah Pengikut Disebut

Melibatkan perempuan dan anak-anak dalam peperangan, imbuh Moqsith, tidak sesuai dengan syariat Islam.

"Itu tidak syar'i, salah kalau libatkan perempuan dalam peperangan.

Melibatkan anak-anak dalam peperangan.

Tidak benar kalau merujuk ke Al-Quran, hadits, dan sejarah Nabi," terang Moqsith.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved