Surabaya
Modal Rp 20 Ribu, Kini Omzet Kerajinan Eceng Gondok Pria Surabaya Ini Capai Rp 20 Juta/Bulan
Pria asal Surabaya hanya modal Rp 20 ribu saat memulai bisnis kerajinan eceng gondok. Lihat hasilnya sekarang!
Penulis: Danendra Kusuma | Editor: Zainuddin
SURYAMALANG.COM, SURABAYA - Wiwit Manfaati dan Supardi mengubah eceng gondok menjadi produk layak jual.
Saat ini mereka memiliki 90 macam produk eceng gondok, seperti tas, sandal, tudung saji, kursi, dan sebagainya.
“Kami membuat kerajinan eceng gondok mulai tahun 2007,” ujar Supardi kepada SURYAMALANG.COM, Senin (21/5/2018).
Istrinya mendapat ilmu membuat kerajinan eceng gondok dari pelatihan yang digelar Persatuan Istri-istri Purnawirawan Polri dan ABRI Jatim.
“Pelatihan itu diperuntukan untuk keluarga miskin.”
( Baca juga : Terkenal Kaya Raya, Ternyata Seperti ini Kondisi Rumah Berlapis Emas Roro Fitria Usai Tak Ditinggali )
“Saat itu itu kuota keluarga miskin kurang sehingga para kader lingkungan ikut pelatihan, termasuk istri saya,” tambahnya.
Dari 30 peserta pelatihan, hanya Wiwit yang bertahan membuat kerajinan eceng gondok.
“Istri saya itu orangnya ulet, tekun, dan keinginan belajarnya tinggi,” katanya.
Wiwit terus belajar membuat kerajinan eceng gondok sampai setahun berselang.
Awalnya Wiwit dan Supardi menemui kendala dalam produksi.
15 kali produksinya gagal, dan tidak ada pembeli.

“Akhirnya ada tetangga yang ke rumah untuk melihat produk kami, dan ingin membelinya.”
( Baca juga : Perempuan Bercadar Berdoa di Makam Terduga Teroris, Polisi dan Wartawan Tak Berani Tanya )
“Ternyata istri saya hanya memberikan produk itu secara cuma-Cuma.”
“Kamu ambil saja. Saya akan buat lagi yang lebih bagus,” kata Supardi menirukan perkataan istrinya saat itu.
Modal awal mendirikan usaha kerajinan eceng gondok hanya mengandalkan uang Rp 20.000.
“Dengan uang Rp 20.000 pada tahun itu bisa mendapat seikat eceng gondok.”
“seikat eceng gondok itu banyak. Kira-kira bisa jadi bermacam produk,” jelasnya.
Dia mendapat eceng gondok itu dari Waduk Kedurus belakang rumahnya.
“Kami memilih usaha eceng gondok karena bahannya murah, mudah dicari, dan selalu ada,” ungkapnya.
Gairah daya beli produk eceng gondoknya dimulai tahun 2008.
( Baca juga : 2 Perempuan Bersimpuh di Atas Makam Terduga Teroris di Sidoarjo )
Saat itu kampungnya ikut lomba kebersihan yang didakan Pemkot Surabaya.
Setiap kampung harus memiliki produk unggulan.
“Akhirnya warga sepakat kalau produk eceng gondok dibuat produk unggulan kampung,” ucapnya.
Sapardi pun diundang untuk presentasi produk unggulan kampung di kantor Bappeko.
“Saat presentasi, para juri kaget karena ada orang Kebraon yang bisa bikin produk dari eceng gondok,” terangnya.
Juri merekomendasikan Supardi untuk menemui Retno Wilis selaku ketua penggerak PKK kota Surabaya.
“Saya menemui sambil membawa contoh barang.”
( Baca juga : Meninggal Secara Tiba-Tiba, Cucu Aa Gym, buat Ibunya Ghaida Tsurayya Tulis Pesan ini )
“Lalu Bu Wilis mengajak kami ikut pameran di Gramedia Expo,” lanjut Supardi.
Puncaknya terjadi pada tahun 2016.
Dia kebanjiran orderan, termasuk dari Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini.
Risma memesan produk eceng gondok sebanyak 7.000 buah untuk acara UN Habitat.
“Produk tersebut diberikan ke delegasi dari 193 negara,” terangnya.
Saat ini usaha Supardi dapat meraup keuntungan Rp 20 juta per bulan.
Dia dan istrinya pun sering diundang untuk memberi pelatihan.
( Baca: Masih Ingat dengan Aktor Laga Jet Li? Dulu Terkenal dan Berjaya, Sekarang Kondisinya Memprihatinkan )
Dia juga sering memamerkan produknya di pameran tingkat nasional.
“Kami pernah diundang di pameran tingkat nasional di Jakarta, yakni INACRAFT,” imbuhnya.