Nasional
Pasang Surut Hubungan Soeharto dan BJ Habibie, Teman Dekat yang Tak Bertemu Sejak 21 Mei 1998
Sejak peristiwa 21 Mei 1998, BJ Habibie tidak pernah bertemu dengan Soeharto. Padahal sebelumnya dua orang ini sangat dekat.
Habibie sempat menolak permintaan Soeharto.
Dia ingin konsentrasi membuat pesawat terbang.
“Saya disuruh membuat industri strategis. Kata Pak Harto, Rudy (panggilan Habibie) kamu boleh buat apa saja di bumi Indonesia, tapi tidak buat revolusi,” katanya.
Habibie memang bukan orang biasa. Dia jenius.
Dia lulus dari Rhenisch Wesfalische Tehnische Hochscule Jerman, dan mendapat doktor ingenieur (doktor teknik) dengan indeks prestasi summma cumlaude.
Kemudian Habibie muda bekerja di Messerschmitt-Bolkow-Blohn atau MBB Hamburg.
Kariernya di sana berkembang pesat sehingga dia dipercaya sebagai Vice President sekaligus Direktur Teknologi di MBB periode 1973-1978.
Karena kecerdasan dan prestasinya, Pemerintah Jerman menawari Habibie menjadi warga negara kehormatan.
Namun, Habibie menolak tawaran tersebut.
Dia memilih setia menjadi Warga Negara Indonesia.
( Baca juga : Meninggal Secara Tiba-Tiba, Cucu Aa Gym, buat Ibunya Ghaida Tsurayya Tulis Pesan ini )
“Sekalipun menjadi warga negara Jerman, kalau suatu saat tanah air memanggil, maka Paspor Jerman akan saya robek dan saya akan kembali ke tanah air,” kata Habibie dalam buku, ‘Habibie dan Ainun’.
2. Jelang Lengser, Soeharto Menolak Ditemui Habibie
Tahun 1998, keadaan Indonesia semakin genting.
Mahasiswa terus menyerukan reformasi dan menuntut Soeharto turun.
Sebenarnya saat itu Soeharto tidak berencana mundur.