Islam

Bu Nyai Menopause Sehingga Rela Dimadu, Tapi Begini Sikap Kiai Abdul Mannan

Nafsu seksual laki-laki memang terus hidup selama hayat masih di kandung badan. Tetapi poligami bukan satu-satunya cara untuk mengatasi.

Editor: yuli
nu online
Mbah Kiai Abdul Mannan, salah seorang pendiri Pondok Pesantren Al-Muayyad Mangkyudan Surakarta pada tahun 1930-an. Beliau adalah ayah dari Mbah Kiai Ahmad Umar Abdul Mannan yang mengasuh pesantren tersebut hingga beliau wafat pada tahun 1981. 

Untuk itu Mbah Nyai Mushlihah bersedia melamarkan siapa pun yang dipilih Mbah Kiai Abdul Mannan untuk dijadikan madunya dengan maksud supaya hak-hak Mbah Kiai Abdul Mannan sebagai suami tetap bisa terpenuhi karena libido seksual laki-laki bertahan sampai mati.

Meski Mbah Kiai Abdul Mannan sadar bahwa sang istri rela dimadu, beliau menolak permintaan itu karena pada dasarnya beliau tidak menginginkan poligami. Tentu ada beberapa alasan yang pada intinya demi menghindari mudarat yang lebih besar daripada kemanfaatannya.

Poligami sudah pasti berpotensi menimbulkan kecemburun dan permusuhan di antara para istri dan anak-anak sebagaimana Siti Sarah mencemburui Siti Hajar dan bersikap tidak ramah. Padahal kehadirannya sebagai istri kedua atas permintaan Siti Sarah sendiri.

Memilih Puasa

Di kalangan pesantren dikenal 3 tipologi kiai, yakni kiai ‘alim, kiai ‘abid dan kiai ‘arif. Secara sederhana, kiai ‘alim adalah kiai yang berpengetahuan ilmu agama luas dan banyak berkiprah di pengajaran ilmu-ilmu agama seperti di pesantren atau majelis-majelis ta’lim.

Kiai ‘abid adalah kiai yang ahli ibadah dan banyak menghabiskan waktu dan tenaganya untuk beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Sedangkan kiai ‘arif adalah kiai yang menonjol ilmu hikmahnya dan banyak riadhah sehigga menjadi sosok yang arif bijaksana. Mbah Kiai Abdul Mannan lebih menonjol sebagai kiai 'arif.

Mbah Kiai Abdul Mannan dalam menyikapi persoalan personalnya dengan Mbah Nyai Mushlihah yang sudah “meminta pensiun” dari tugas melayani urusan kasur bukannya menceraikan sang istri lalu menikah lagi dengan dalih menghindari perzinahan.

Baca: Terungkap Fakta Lain, Lina Beberkan Alasan Perceraiannya dengan Sule, Ternyata Bukan Pihak Ketiga

Baca: Anak Aa Gym Mencurahkan Isi Hatinya Sepeninggal Sang Putri, Ilmu Ikhlas Yang Luar Biasa

Nafsu seksual laki-laki memang terus hidup selama hayat masih di kandung badan. Tetapi poligami bukan satu-satunya cara untuk mengatasi persoalan personal berupa syahwat.

Ada cara lain, yakni berpuasa, sebagaimana hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim: “Puasa adalah perisai (peredam) syahwat.”

Cara berpuasa itulah yang dipilih Mbah Kiai Abdul Mannan dalam mencari solusi terbaik mengatasi persoalan syahwat di saat Mbah Nyai Mushlihah Abdul Mannan sudah tidak sanggup lagi memenuhi kewajibannya karena sudah udzur.

Mbah Kiai Abdul Mannan mampu menjawab persoalan hukum (fiqih) dengan jawaban moral (akhlak) yang tentu saja lebih luhur karena puasa merupakan ibadah satu-satunya untuk Allah dan Dia sendiri yang akan membalasnya sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits qudsi riwayat Bukhari: “Semua amal manusia adalah miliknya, kecuali puasa, sesungguhnya ia adalah milik-Ku dan Aku yang akan memberikan balasannya.”

NU ONLINE - Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved