Jendela Dunia
Warga Desa Ini Hidup Bersama 3 Juta Ular, Tapi Bisa Dapat Uang Rp 172 Miliar/Tahun
Umumnya orang takut pada ular. Tapi tidak bagi penduduk desa ini. Bahkan desa ini mendapat julukan 'desa ular'
SURYAMALANG.COM, TIONGKOK - Umumnya orang takut pada ular.
Tapi tidak bagi penduduk Zisiqiao, Provinsi Zhejiang, Tiongkok ini.
Bagi Fang Yin, dan istrinya, Yang Xiaoxia, hidup sebagai petani ular adalah pilihan tepat.
Pasangan suami istri (pasutri) ini tidak lagi khawatir pada hewan yang bisa menghilangkan nyawa itu.
( Baca juga : Update Bursa Pemain Liga 1, Mantan Arema Disebut Merapat ke Persebaya )
Pasutri ini sudah beberapa kali digigit ular.
“Awalnya saya takut. Tetapi sekarang saya sudah terbiasa dengan semua ini,” kata Fang dikutip dari Scmp.com.
Bahkan pria berusa 30 tahun itu berani mengenakan baju tanpa lengan saat beraktivitas di rumahnya.
Ada 600 jiwa di desa itu.
Media massa Tiongkok menjuluki Zisiqiao dengan sebutan ‘desa ular’.
( Baca juga : Prediksi Skor Timnas Indonesia vs Malaysia Semifinal Piala AFF U-19 Malam Ini, Kamis 12 Juli 2018 )
Sebab, banyak warg di desa itu yang memelihara ular untuk makanan dan obat tradisional sejak empat dekade lalu.
Keputusan yang akhirnya membantu mengubah ekonomi lokal.
Fang memperlihatkan aktivitasnya sehari-hari dalam memelihara ular-ular ini.
Tampak Fang mengangkat ular yang sedang hamil dari kantong jaring.
Setiap kantong jaring di ruang tersebut berisi selusin ular.
( Baca juga : Anting Marion Jola Jadi Sorotan Saat Selfie di Mobil, Lihat Bentuknya yang Super Unik )
Gambar yang lain memperlihatkan istrinya, mengecek kondisi telur ular untuk mengetahui kesehatan embrio di dalamnya.
Peternakan ular pasutri ini termasuk dari 100 peternakan di Kabupaten Deqing.
Ada lebih dari tiga juta ular dibesarkan setiap tahun untuk makanan dan obat-obatan.
Peternakan ular di desa tersebut pertama kali diprakarsai Yang Hongchang.
( Baca juga : Liburan di Jepang, Maia Estianty Ucap Pertanyaan Unik Tentang Gang di Indonesia & di Jepang )
Yang Hongchang mencoba membudidayakan ular pada tahun 1980-an.
Bahkan pria berusia 67 tahun itu mendapat julukan ‘raja ular’.
Kini Yang Hongchang memiliki perusahaan yang fokus untuk membuat suplemen makanan dari ular.
“Ketika saya masih muda, seluruh desa sangat miskin,” kata Yang.
“Ada banyak danau dan sungai di wilayah ini, dan ada banyak ular yang hidup di air.”
( Baca juga : VIDEO Detik-Detik Saat Bek Persebaya Andri Muliadi Dilarikan ke Rumah Sakit )
“Jadi kami berpikir untuk menangkap ular dan menjualnya demi uang,” tambahnya.
Peternak lain, Yang Farong (50) ingat saat menangkap ular di samping danau dan sungai di daerah itu saat remaja.
“Semua orang, baik pria dan wanita melakukan ini. Namun, kami semua sedikit takut,” katanya.
Setelah beberapa tahun, jumlah ular yang tersisa di alam bebas telah punah oleh para pemburu.
Kemudian ‘raja ular’ memutuskan untuk mulai membiakkan ular.
Pada tahun pertama, hanya 10 persen dari telur ular menetas.
( Baca juga : VIDEO Aksi Egy Maulana Vikri dalam Latihan Jelang Laga Timnas U-19 Indonesia Vs Malaysia )
Hal itu membuat ‘raja ular’ merugi lebih dari 10.000 yuan.
Tetapi dia bertekad untuk belajar dari kegagalannya.
Tahun berikutnya, tingkat penetasan melonjak hingga 80 persen.
Dia pun berhasil mengangkat lebih dari 30.000 ular.
Jenis ular yang banyak dibudidayakan adalah viper dan ular berbisa lain.
Biasanya peternak menjual ular ke perusahaan farmasi Tiongkok yang mengubahnya menjadi bubuk.
( Baca juga : Aurel & Azriel Dapat Kejutan Ultah dari ART, Lihat Kemeriahannya )
Beberapa produk itu diekspor ke Jepang, Korea Selatan, Amerika, dan Eropa.
Kini perdagangan itu telah memberi pemasukan pada desa sekitar 80 juta yuan (US $ 12 juta) atau setara Rp 172 miliar per tahun.
Artikel ini telah tayang di Serambinews.com dengan judul Desa Ular di Cina, Lebih dari 3 Juta Ular Diternakkan dan Menghasilkan Rp172 Miliar per Tahun.