Asian Games
Bikin Air Mata Meleleh, Luis Milla dalam Kenangan Bima Sakti, Berharap PSSI Gunakan Jasanya Lagi
Bikin Air Mata Meleleh, Luis Milla dalam Kenangan Bima Sakti, Berharap PSSI Gunakan Jasanya Lagi
Pemain ditunjukkan apa kelebihannya secara individu dan bagian tim. Lalu, pelatih memperlihatkan kesalahan si pemain, baik itu saat latihan atau pertandingan.
Tak berhenti di situ, Luis Milla biasanya menutup sesi diskusi itu dengan kembali memberikan pujian kepada si pemain.
Jujur, perbedaan bahasa memang sempat menjadi kendala di awal-awal keberadaan Luis Milla di timnas.
Bahkan, ada pihak-pihak yang meminta Luis Milla mencari asisten pelatih dari Indonesia yang bisa berbahasa Spanyol sehingga tidak memerlukan penerjemah.
Luis Milla menolak saran tersebut.
Lama-kelamaan perbedaan bahasa itu menjadi biasa, dan tidak membuat jarak antara pelatih dengan pemain.
Luis Milla juga menolak anjuran dari tokoh-tokoh sepak bola nasional dan mantan pemain yang meminta ia menerapkan sepak bola tiki-taka di timnas.
Katanya, ia harus menyesuaikan program latihan dengan karakter pesepak bola di Tanah Air. Tidak bisa dipaksakan dengan gaya tiki-taka atau milik negara lain.
Hal mencolok dari Luis Milla yang juga saya perhatikan adalah ia selalu membela pemain.
Tak ada pemain yang ia biarkan menerima kritikan atau celaan dari pihak luar, termasuk tokoh atau mantan pesepak bola kita.
Totalitas Luis Milla dalam bekerja untuk timnas Indonesia juga terlihat dalam wujud kesedihannya yang luar biasa ketika kita kalah dari Uni Emirat Arab.
Sayang, saya tidak sempat merekam momentum saat ia menangis di hadapan pemain usai pertandingan itu.
Saya tidak menduga ia akan begitu sedih dan sangat terpukul. Saya tidak berbohong soal ini.
Soal pemberitaan reaksi Luis Milla terhadap wasit yang memimpin laga Indonesia versus UEA, menurut saya Luis Milla tidak marah.
Hanya, ia menyebut wasit tersebut tidak pantas memimpin pertandingan di event sebesar Asian Games.