Arema FC
Inilah Yuli Sumpil, Dirigen Aremania yang Kini Dihukum Tak Boleh Masuk Stadion Seumur Hidup
Inilah Yuli Sumpil, Dirigen Aremania yang Kini Dihukum Tak Boleh Masuk Stadion Seumur Hidup
Penulis: Fakhri Hadi Pridianto | Editor: Adrianus Adhi
Yuli berkisah sudah sejak remaja dirinya selalu berusaha melakukan apa saja demi menonton pertandingan Arema.
Bahkan saat laga away, dia bersiap sejak pagi, menunggu truk di pinggir jalan raya.
Begitu ada truk atau mobil angkutan barang lainnya yang mau mengangkutnya, Yuli langsung melompat ke dalam bak mobil menuju kota tujuan.
Baca: Jadi Asisten Hotman Paris 20 Tahun, ini Kisah Nurbaenny Jannah, Digaji 20 Juta Hingga Dapat Mercy
Baca: Kakek 71 Tahun Ditemukan Tewas di Sumur Rumahnya di Lowokwaru Kota Malang
2. Yuli Sumpil sang dirigen Aremania
Seorang dirigen, layaknya seorang konduktor dalam pertunjukan orkestra, adalah orang yang memimpin para suporter untuk menyanyi dan menari dalam sebuah pertandingan sepakbola.
Lagu apa yang harus dinyanyikan dan gerakan tubuh macam apa yang mesti dilakukan semua keputusan ada di tangan dirigen. Semakin kreatif sang dirigen, maka semakin atraktiflah gerakan para Aremania yang mengikutinya.
Di era ligina saat Arema masih bermain di Stadion Gajayana, Aremania punya dua dirigen. Selain Yuli juga ada sosok Yosep, yang biasa dipanggil El Kepet.
Menurut pendapat mayoritas Aremania, seseorang dipilih menjadi dirigen karena penampilannya yang menarik, ceria, dan nyentrik, dan lain-lain.
Penunjukan sosok dirigen di kalangan suporter biasanya dengan cara yang sulit dijelaskan, semuanya hampir kebetulan saja, sebelum sebuah pertandingan sepakbola dimainkan. Namun begitu seorang dirigen terpilih, jabatan itu akan disandangnya terus, tanpa batas waktu yang jelas, sampai ia mengundurkan diri atau kehilangan kemampuan untuk memimpin.
Begitulah, tujuh tahun lalu Yuli dan Kepet terpilih begitu saja sebagai dirigen Aremania. Hanya kepada mereka berdualah Aremania seisi stadion mau tunduk.
Baca: Babak Baru Kasus Aset Pemkot Malang, Muncul Maria sebagai Korban Penipuan Leonardo dan Natalia
3. Yuli Sumpil merupakan tulang punggung keluarga
Yuli adalah pemuda dari keluarga yang tinggal di sebuah kampung di bagian timur Kota Malang. Sebelum menjadi dirigen Aremania, sejak lulus dari sebuah Madarasah Aliyah Al Amin, Blimbing, Yuli bekerja sebagai pencuci mikrolet-angkutan umum dalam kota.
Dia bekerja mulai jam 4 sore hingga jam 12 malam. Dari pekerjaannya tersebut, Yuli bisa memeroleh 10 ribu hingga 15 ribu rupiah per hari.
Sejak menjadi dirigen, Yuli praktis berhenti bekerja. Menurutnya pilihan ini adalah saran orangtuanya yang tak tahan melihat Yuli menghabiskan hampir semua waktunya untuk mengurusi sepakbola, sepakbola, dan sepakbola.
Kala itu Yuli menggantungkan hidupnya pada kedua orangtua. Bapaknya, Asip, adalah seorang tukang kayu panggilan. Sementara ibunya, Juwariyah, berpenghasilan dengan menjual makanan rumahan bikinannya ke warung-warung di sekitar kampungnya. Yuli mengatakan kala itu setiap hari mendapat uang saku antara 500 hingga 2000 rupiah dari bapak atau ibunya.