Pemilu 2019
Reaksi Ketua KPU RI Perihal Doktor dan Profesor Tak Lolos Seleksi Komisioner KPU Jatim
Redi Panuju: KPU itu kan bukan hanya urusan coblosan, tapi juga bagaimana membangun sistem demokrasi menjadi lebih baik.
Penulis: Bobby Constantine Koloway | Editor: yuli
Di antaranya, Dr Redi Panuju dan Prof Muzakki yang tidak lolos karena sistem skoring yang digunakan Timsel.
“Persyaratan saya lengkap, tapi karena saya dianggap belum pernah memiliki pengalaman menjadi penyelenggara kepemiluan sehingga nilainya kecil, sebab pengalaman itu persentase nilainya kisaran 75 persen dari total skoring,” ujar Redi Panuju kepada wartawan, Minggu (18/11/2018).
“Kalau seperti ini, seleksi calon anggota KPU Jatim itu tak ubahnya mainan ular tangga sehingga Timsel harusnya tak perlu dari kalangan akademisi bergelar guru besar atau doktor. KPU itu kan bukan hanya urusan coblosan, tapi juga bagaimana membangun sistem demokrasi menjadi lebih baik,” kritik dosen Unitomo Surabaya ini.
Ketua Timsel calon anggota KPU Jatim, Dr Suko Widodo, pun menjelaskan bahwa beberapa figur potensial tersebut gugur dalam proses administrasi karena minimnya pengalaman yang bersangkutan.
Ia menyebutkan bahwa calon peserta yang memiliki pengalaman menjadi ketua KPU Provinsi disertai dengan bukti bobot nilainya 100 poin, kemudian menjadi ketua KPU kabupaten/kota 75 poin, pengalaman menjadi ketua PPK 25 poin.
“Pak Redi Panuju hanya punya pengalaman menjadi KPPS tapi tak disertai dengan bukti surat, sehingga nilai skoringnya nol. Begitu juga Prof Muzakki walaupun punya pengalaman menjadi konsultan Bawaslu Jatim nilai skoringnya hanya 15 sehingga kalah dengan peserta lainnya,” pungkas Suko.