Malang Raya
Mengenal Jejak Sejarah Peninggalan Arca Buddha Di Kota Malang
Di Kota Malang, selain di Museum Mpu Purwa, arca Buddha juga dimiliki oleh Universitas Gajayana (Uniga) Malang.
Penulis: Mochammad Rifky Edgar Hidayatullah | Editor: Achmad Amru Muiz
SURYAMALANG.COM, LOWOKWARU - Menjadi satu diantara agama tertua di Indonesia, Agama Buddha meninggalkan berbagai macam peninggalan bersejarah yang kental dengan beragam cerita.
Peninggalan seperti arca maupun candi bekas dari Kerajaan Buddha di Indonesia menjadi bukti bahwa Agama Budha pernah menjadi agama mayoritas di Nusantara.
Untuk itu, dalam melestarikan sejarah Buddha, seorang ahli sejarah dan arkeolog, Dwi Cahyono membagikan ilmunya dalam acara sinau sejarah jejak Mahayana Buddhisme di Kota Malang khususnya Malang bagian barat.
Acara yang digelar di Museum Mpu Purwa, Kota Malang itu, dihadiri oleh 60 orang dari berbagai macam kalangan.
Di sana, Dwi Cahyono menjelaskan mengenai perjalanan Agama Buddha sampai ke Kota Malang yang terkait dengan bukti berupa arca yang ada. Diantaranya ialah arca Aksobhya yang berbentuk Buddha Gundul yang kini menjadi koleksi Museum Mpu Purwa.
Melihat dari bukti yang disampaikan oleh Dwi Cahyono, arca tersebut merupakan arca budha yang mempunyai keistimewaan tersendiri. Keistimewaan tersebut berasal dari nilai historis dan dari bentuk kepalanya yang gundul.
"Arca Buddha Gundul ini termasuk langka, dan hanya ada tiga yang ditemukan di Indonesia, seperti yang ditempatkan di Joko Dholok dan Museum Nasional," ucapnya.
Tak hanya itu, di Kota Malang sendiri terdapat tiga koleksi arca yang berkaitan dengan Agama Buddha. Selain di Museum Mpu Purwa, arca Buddha juga dimiliki oleh Universitas Gajayana (Uniga) Malang.
"Ada saling keterkaitan antara arca yang satu dengan yang lain. Seperti arca yang di Uniga salah satunya," ujarnya.
Dwi Cahyono menyampaikan bahwa arca Aksobhya ini telah ditemukan sejak lama walaupun tidak ditemukan data pasti terkait penemuan arca tersebut.
Secara pasti arca ini telah banyak berpindah tempat dari tempat semula yang berada di dekat Gereja Ijen dan kini berpindah lagi menjadi koleksi Museum Mpu Purwa.
"Saya mendapati foto arca ini di awal tahun 1900 an, namun disitu tidak dijelaskan kapan arca ini dipindah dan ditemukan. Karena dalam arca ini tidak ditemukan juga tanggal pembuatan seperti yang terdapat pada arca Mahaksobhya yang ditemukan di Surabaya," ujarnya.
Melihat dari bentuknya yang hampur mirip dengan arca Mahaksobhya yang di Surabaya, Dwi Cahyono menganggap bahwa arca Aksobhya ini sejaman.
Pernyataan itu dibuktikan dengan tanggal yang tertera di arca Mahaksobya sejaman dengan Kerajaan Singosari saat dipimpin oleh Raja Kertanegara. "Yang jelas ada keserupaaan diantara keduanya, mungkin ini ada kaitannya satu sama lain," ucapnya.
Tak hanya itu, dalam acara tersebut Dwi Cahyono berencana membedah koleksi arca yang ada di Museum Mpu Purwa. Tujuannya ialah untuk memberikan edukasi kepada masyarakat umum agar tidak hanya datang ke museum hanya untuk membaca dan melihat saja.