Kabar Surabaya
Reaksi Para Pengunjung saat Resto dan Kafe di Surabaya Tak Lagi Sediakan Sedotan Plastik
Ketika memesan minuman di sebuah kafe di Surabaya, Anik Septa (23) kaget melihat sedotan yang diberikan oleh kafe tersebut, yakni sebuah sedotan kerta
Penulis: Delya Octovie | Editor: yuli
Reportase Delya Octovie & Christine Ayu
SURYAMALANG.COM, SURABAYA - Ketika memesan minuman di sebuah kafe di Surabaya, Anik Septa (23) kaget melihat sedotan yang diberikan oleh kafe tersebut, yakni sebuah sedotan kertas.
Ia mengaku baru kali ini datang ke kafe yang tidak menyediakan sedotan plastik, serta sempat ragu akan menggunakan sedotan yang ada.
"Pasti pertamanya bingung ya, ini sedotan apa? Desainnya sih lucu. Kan dari kertas, apa bisa tahan lama di dalam minuman?" katanya, Minggu (24/2/2019).
Akuntan sebuah perusahaan ini mengatakan, ia tahu soal gerakan menjaga lingkungan dengan menghindari penggunaan sedotan plastik. Tetapi, ia tidak tahu bahwa gerakan tersebut benar-benar diaplikasikan oleh beberapa restoran dan kafe di Surabaya.
"Jadi masih agak bingung sih, tapi ya mulai terbiasa. Waktu itu makan di restoran cepat saji juga sudah tidak disediakan sedotan. Saya sih tidak masalah, dan mendukung gerakan ini," jelasnya.
Sementara, Rafika Nirmala (21), sangat mendukung gerakan anti sedotan plastik, bahkan kerap mengajak orang di sekitarnya mulai meninggalkan sedotan plastik.
Lulusan Psikologi Universitas Airlangga (Unair) ini biasanya membawa sedotan berbahan stainless di tasnya, agar tidak perlu menggunakan sedotan plastik saat minum di luar. Apalagi, sering nongkrong di kafe sambil minum kopi.
"Saya biasanya bawa sedotan stainless sendiri, sudah cukup lama sih, sejak tahun lalu. Memang saya sebisa mungkin menghindari penggunaan sedotan plastik," ujarnya.
Tak hanya itu, Rafika juga menolak menggunakan tas plastik, sehingga ia membawa totebag khusus ke mana-mana saat berbelanja. "Lebih baik seperti itu, karena problem sampah plastik ini sudah parah sekali. Saya juga berusaha ajak teman-teman saya untuk mulai meninggalkan plastik, tapi ya semua butuh proses," ucapnya.
Lain halnya dengan Elizabeth (25). Ia bercerita sempat bingung saat mengunjungi sebuah restoran yang tidak menyediakan sedotan plastik maupun non. "Aneh saja, minum langsung dari gelasnya. Itu kan gelas untuk umum, takutnya tidak higienis. Tapi saya mendukung kok gerakan ini," terangnya.
Eliza pun berharap, jika tidak menyediakan sedotan plastik, restoran bisa menggantinya dengan sedotan bahan lain. "Kalau bisa sih ya tetap ada sedotan, tapi dari bahan yang ramah lingkungan. Sedotan stainless, saya sudah minat membeli sih, sepertinya lebih baik juga pakai itu," paparnya.
Gerakan dengan tujuan mengurangi limbah plastik ini mendapat tanggapan positif dari masyarakat. Virgita Kasih Arwinda, dia tidak keberatan untuk minum tanpa menggunakan sedotan. "Saya merasa nggak ada masalah meski tanpa menggunakan sedotan plastik," jelasnya.
Ia justru mengapresiasi aturan yang dilakukan oleh beberapa rumah makan atau kafe karena dapat melestarikan alam yang makin hari makin tercemar.
"Selama ini kan tersebar video atau foto hewan-hewan laut yang terluka bahkan mati karena sampah plastik, salah satunya sedotan," tutur owner @planetseken ini.