Kabar Trenggalek

Stunting Masih Tinggi Di 28 Desa, Pemkab Trenggalek Intensif Gelar Rembuk Stunting

Jumlah balita yang mengalami stunting di atas 20 persen masih terjadi di 28 desa/kelurahan di Kabupaten Trenggalek.

Penulis: Aflahul Abidin | Editor: Achmad Amru Muiz
Tribunnews.com
Ilustrasi 

SURYAMALANG.COM, TRENGGALEK – Jumlah balita yang mengalami stunting di atas 20 persen masih terjadi di 28 desa/kelurahan di Kabupaten Trenggalek. Hal itu perlu perhatian lebih dan intervensi yang efektif dari berbagai sektor untuk menurunkan angka tersebut.

Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana, Sugito Teguh mengatakan, pada 2018, ada 10 desa lokus stunting di Kabupaten Trenggalek. Itu berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013.

“Dari hasil analisa data di awal 2019, didapatkan persentase stunting yang lebih dari 20 persen di 28 desa. Tersebar di empat wilayah Puskesmas, yakni Bendungan, Pandean, Puncanganak, dan Suruh,” kata Teguh, dalam acara Rembuk Stunting: Percepatan Pencegahan dan Penanganan Stunting di Hotel Jaas Permai, Kabupaten Trenggalek, Kamis (25/4/2019).

Kegiatan tersebut digelar sebagai bentuk intervensi kasus stunting yang ada di Trenggalek. Ini setelah lima dari sepuluh desa yang sebelumnya masuk dalam lokus stunting, pada 2019 ini, pun masih tercatat persentase stunting di atas 20 persen.

Menurut Teguh, beberapa hal perlu jadi perhatian untuk menurunkan stunting di Trenggalek. Catatan Dinas Kesehatan Dalduk KB, buang air besar sembarangan masih terjadi di 20 desa. Ini adalah salah satu faktor lingkungan penyebab stunting.

Sumber air bersih pun tercatat masih belum terpenuhi di 44 desa. Data lain, balita kurus dan sangat kurus masih mencapai 4,5 persen. Sementara inisiasi menyusui dini di Trenggalek capaiannya masih 66 persen.
“Kita harapkan bisa 100 persen. Ini diperlukan dikungan dari semua. Sehingga proses persalinan bisa didampingi oleh tenaga kesehatan,” kata dia.

Selain itu, penggunaan air susu ibu ekslusif di Trenggalek masih 57,7 persen. Menurutnya, masih rendahnya angka itu karena pemahaman masyarakat yang masih rendah. Sehingga perlu ditingkatkan dengan berbagai program.

Kasus bayi berat badan lahir rendah juga masih ada. Angkanya 3,8 persen. “Ini perlu intervensi, sebelum menjadi ibu, supaya tidak mengalami anemia. Kesadaran masyarakat seluruh komponen dalam rangka intervensi seribu hari pertama kehidupan agar kasus stunting bisa dicegah,” tutur Teguh. 

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved