Nasional
Jurus Elegan SBY Sanggup Melunakkan Hati Pemuda yang Keras saat Menagih Janji, Endingnya Minta Maaf
Jurus Elegan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) Sanggup Melunakkan Hati Pemuda yang Keras saat Menagih Janji, Endingnya Minta Maaf
Ditulis Oleh Jurnalis Tribun Jatim, Januar Adi Sagita
SURYAMALANG.COM - Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tercatat pernah memimpin Republik Indonesia selama dua periode atau 10 tahun.
Selama menjadi Presiden Republik Indonesia, SBY pun melakukan kunjungan ke berbagai daerah demi mendengar aspirasi rakyat yang dia pimpin.
Dalam kunjungan ini, ada satu momen ketika di Papua, SBY ditagih janjinya oleh seorang pemuda.
Pemuda ini pun menagih janji SBY dengan gaya bicara yang keras.
Namun pada akhirnya, SBY sanggup melunakkan pemuda yang keras ini.
Hal itu ditulisnya dalam bukunya yang berjudul "SBY Selalu Ada Pilihan" terbitan Kompas tahun 2014 lalu.
• Mengacu Hasil Quick Count, Prabowo Subianto Diminta Rasional dan Mencontoh Sikap Hillary Clinton
• Prabowo Resmi Jadi Presiden dalam Peringatan Hari Buruh atau May Day 2019 di Tennis Indoor Senayan
• Happy Ending Kisah Polisi Penjaga Kotak Suara Sambil Gendong Anak yang Viral di Medsos, dapat Reward
Dalam buku itu, SBY menuliskan pengalamannya itu saat dia sedang berdialog dengan masyarakat lokal yang ada di Yahukimo, Papua.
Namun, di tengah-tengah pertemuan tersebut tiba-tiba saja ada seorang pemuda berbicara menggunakan nada tinggi, dan suara keras.
Pemuda itu mengaku akan menagih janji yang pernah disampaikan oleh SBY.
"Pak Presiden saya menagih janji Bapak. Bapak pernah berjanji kepada saya katanya akan membangunkan fasilitas pendidikan di daerah kami. Sampai sekarang janji Pak SBY belum diwujudkan. Saya minta agar segera dilaksanakan," tulis SBY menirukan ucapan pemuda tersebut.
Mendengar hal itu, SBY pun terkejut.
Sebab, menurutnya dia sama sekali tidak mengenal pemuda tersebut, dan sama sekali tidak pernah bertemu, termasuk menjanjikan sesuatu.
SBY lalu balik bertanya.
Ada sekitar empat pertanyaan yang diajukan SBY saat itu.
"Anda siapa? Ketemu saya di mana? Kapan saya berjanji seperti itu? Dan pada saat saya berjanji itu saya didampingi oleh menteri siapa? Siapa tahu saya lupa?" kata SBY.
Mendengar pertanyaan SBY yang fokus dan tajam, pemuda itu kemudian berubah sikap.
Dia menurunkan nada suaranya.
"Ia kelihatan terdiam dan sedikit gugup. Tampaknya juga tidak bisa menjelaskan di mana saya berjanji, dalam rangka apa, dan siapa yang mendengarkan perkataan saya itu," tulis SBY.

Meski demikian, belakangan pemuda itu menyampaikan niatnya yang sebenarnya.
"Baik Pak, karena Bapak berada di sini, saya mohon Bapak berkenan memberikan bantuan kepada kami," ujar pemuda itu ditirukan oleh SBY.
Mendengar pengakuan pemuda itu, para menteri yang saat itu mendampingi SBY pun menjadi lega sekaligus agak kesal.
"Apalagi Seskab Sudi Silalahi yang selalu mencatat janji dan komitmen saya jika berkunjung ke daerah. Daripada pemuda tersebut menjadi lebih malu lagi, selanjutnya saya tanyakan saja apa yang diminta," ungkap SBY.
SBY pun pada akhirnya memenuhi permintaan pemuda itu.
Alasannya, SBY menganggap permintaan pemuda itu cukup realistis.
Meski demikian, SBY mengaku harus mendidik, dan memberikan pelajaran kepada pemuda tersebut.
"Baik. Lain kali tidak perlu dengan kata-kata menagih janji. Utarakan saja apa yang Anda minta," tandas SBY.
Mendengar jawaban SBY, sang pemuda akhirnya minta maaf.

SBY : Sikap Saya bak Gunung Batu
SBY juga menceritakan sejumlah pengalaman lainnya dalam buku berjudul "SBY Selalu Ada Pilihan" terbitan Kompas tahun 2014.
Dalam buku itu, SBY mengaku pernah diundang oleh sebuah paguyuban.
Paguyuban tersebut memintanya untuk hadir dalam acara yang mereka selenggarakan.
Namun, menurut SBY itu disertai oleh embel-embel.
Tepatnya, SBY menganggap embel-embel yang tidak sedap.
Padahal, SBY beserta stafnya saat itu sedang mempertimbangkan untuk hadir dalam acara itu.
Lebih lanjut, SBY pun mengungkapkan isi pesan yang bernada embel-embel dari paguyuban itu kepada dirinya.
"Kasih tahu SBY. Kalau tidak mau hadir tidak apa-apa. Tapi nanti akan menyesal. Lagi pula, kalau Pak SBY benar-benar tidak mau hadir, dukungan akan kami serahkan kepada capres lain," tulis SBY menirukan isi pesan tersebut.
Mendapatkan pesan semacam itu, SBY mengaku tersinggung.
"Mendengar kata-kata itu langsung saya sampaikan ke staf saya bahwa saya tidak akan hadir. Tentu saya minta agar ketidak-hadiran saya itu disampaikan secara baik-baik," terang SBY.
SBY mengungkapkan, peristiwa itu terjadi saat masa kampanye pemilu.
"Tapi, saya hanyalah manusia biasa," kata SBY.
SBY pun melanjutkan, dan mengungkapkan mengenai sifat aslinya selama ini.
"Sebenarnya, saya termasuk orang yang suka mengalah, berusaha untuk sabar,dan senantiasa menjaga sikap untuk berbaik sangka pada orang lain. Tetapi, jika harga diri sudah tersentu, sikap saya bak gunung batu," jelas SBY.

Sekedar diketahui, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memimpin Indonesia selama 10 tahun.
SBY merupakan Presiden Republik Indonesia ke-6.
SBY menjadi Presiden Republik Indonesia sejak tahun 2004.
Saat itu, SBY didampingi oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla.
SBY, dan Jusuf Kalla memang memenangkan Pilpres 2004.
Mereka mengalahkan pasangan Megawati Soekarnoputri - Hasyim Muzadi pada putaran kedua Pilpres 2004.
Kepemimpinan SBY berlanjut pada periode kedua.
Tepatnya pada tahun 2009 hingga 2014.
Kali ini SBY didampingi oleh Boediono sebagai wakil presiden.
SBY-Boediono memenangkan Pilpres 2009 seusai mengalahkan pasangan Megawati Soekarnoputri - Hasyim Muzadi, dan Jusuf Kalla-Wiranto. (Tribun Jatim)