Malang Raya

Memotong Lidah Pacarnya & Memukul Kepala Ayah dengan Palu, Inilah Riwayat Pelaku Mutilasi di Malang

Memotong Lidah Pacarnya & Memukul Kepala Ayah dengan Palu, Ini Rekam Jejak Pelaku Mutilasi di Pasar Besar Kota Malang

Kolase SURYAMALANG
Foto Pelaku Mutilasi Pasar Besar Kota Malang Sugeng dan sketsa wajah korban 

"Sugeng ini kalau berbicara sama orang normal modelnya seperti orang gila. Tapi, kalau pihak Rumah Sakit Jiwa yang mengajak berbicara dia kayak orang normal. Itu yang membuat RSJ tidak membawanya," terang Narko.

Sementara itu, Muhammad Luthfi (46), Ketua RW 06 Kelurahan Jodipan mengatakan, bahwa Sugeng dulu merupakan warga Jodipan.

Sugeng dulu tinggal bersama keluarganya di Jodipan bersama dengan kedua orang tuanya.

Setelah rumah yang ditinggali Sugeng dibeli oleh ayahnya Lutfhi, Sugeng akhirnya meninggalkan Jodipan.

"Sekitar 7-8 tahun lalu, rumahnya Sugeng dibeli ayah saya. Saya juga tidak tahu, kenapa rumah itu sampai dibeli. Setelah itu, keluarga Sugeng entah tinggal di mana," ucapnya.

Sejak saat itu, Sugeng jarang sekali terlihat bersliweran di kampung.

Sugeng lebih banyak terlihat di pinggir jalan, tepatnya di daerah Jalan Gatot Subroto hingga sekitaran Pasar Besar.

Muhammad Luthfi, Ketua RW 06 Kelurahan Jodipan saat menunjukkan tempat tidur Sugeng di sebuah rumah kosong yang terletak di Jalan Jodipan Wetan Gang Ill, Blimbing Kota Malang. Kamis (16/5) Sugeng merupakan terduga pelaku mutilasi di Matahari Pasar Besar Kota Malang.
Muhammad Luthfi, Ketua RW 06 Kelurahan Jodipan saat menunjukkan tempat tidur Sugeng di sebuah rumah kosong yang terletak di Jalan Jodipan Wetan Gang Ill, Blimbing Kota Malang. Kamis (16/5) Sugeng merupakan terduga pelaku mutilasi di Matahari Pasar Besar Kota Malang. (suryamalang.com/Mochammad Rifky Edgar Hidayatullah)

Kata Lutfhi , baru sekitar 5 bulan ini Sugeng kembali terlihat di Jodipan.

Dia tidur di samping rumah kosong yang terletak di Jalan Jodipan Wetan Gang Ill RT 02 RW 06.

Di rumah itu pula, Sugeng menulis beberapa tulisan aneh.

Termasuk menyebut nama tuhan dan nama beberapa keluarganya.

"Keluarga Sugeng ini banyak, namun kebanyakan ya amit sewu, memiliki kelainan juga. Seperti yang dialami Sutoyo, kakak Sugeng yang sudah tidak mau tau lagi dengan tetangga kanan kiri," ucapnya.

Kata Lutfhi, Sugeng juga sering berinteraksi dengan anak-anak kecil.

Dia suka menyapa anak-anak, dan anak-anak di sini juga tidak ada yang takut sama Sugeng karena sering diajak bercanda.

Lutfhi mengaku, bahwa di setiap tulisan yang Sugeng tulis di tembok seperti ada kata-kata dendam.

Halaman
1234
Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved