Nasional
Tato ‘Demi Tuhan Ku Mencintai Mama’ Jadi Bukti Pertobatan Mantan Preman Jakarta dan Surabaya
Kehidupan Satuman (57) berubah setelah mengenal cinta dan menikah dengan mendiang istrinya, Halimah.
Beruntung pria yang sudah tiga kali berjalan kaki Surabaya-Jakarta demi memperingati hari kemerdekaan Indonesia dan menggaungkan bahaya narkoba tak jatuh di pilihan kedua.
“Saya fokus kampanye bahaya narkoba setelah melihat teman saya masuk penjara karena narkoba.”
“Anak pertamanya meninggal saat dia masih ditahan. Dari situ saya sadar bahaya narkoba,” sambung dia.
Rekaman Jadi Bukti Bahwa Pria Mabuk Ini Tewas Akibat Ditabrak Pengendara Mabuk di Tulungagung
• Pesan Khusus Herdiana Kiehl untuk Cinta Laura Setelah Foto Vulgar Putrinya Viral, Dalam & Menyentuh
Dari semua jejak perjalanan kelam yang terukir di tubuhnya, Man Rambo merelakan bagian lengan kanannya dirajah sebagai bentuk cinta ke mendiang sang istri.
Meski akhirnya menyesal karena merajah tubuh, tato itu diakui sebagai bentuk cinta terhadap istrinya.
“Ini tulisannya 'Demi Tuhan ku mencintaimu Mama'. Saya menyesal bukan karena kalimat dan istri saya meninggal. Tapi karena tatonya itu sendiri, tapi sudah terlanjur. Tanpa tato ini saya tetap mencintai almarhum istri,” kenang dia.
Dari semua sepak terjangnya di dunia kriminal, Man Rambo bersyukur tidak pernah menyakiti almarhumah istri dan anak tirinya.
Man Rambo menyebut laki-laki yang menyakiti dan menelantarkan istri dan anaknya merupakan pria hina yang bahkan lebih rendah dari seorang kriminal.
“Seharusnya seorang laki-laki tidak menyakiti istri dan anaknya. Laki-laki yang menyakiti istri dan anaknya itu lebih hina dibanding pemakai narkoba, dibanding kriminal,” kata Man Rambo.
Dia menyebut seorang kriminal acap kali lahir dari keadaan yang memaksa sehingga nekat melawan hukum demi keluarganya sebelum akhirnya jadi penjahat kambuhan.
Sementara pria yang menyakiti istri dan anaknya mendasari perbuatannya hanya karena emosi dan ingin mendominasi dalam keluarga.
“Waktu di penjara, saya satu sel dengan pembunuh dan perampok.”
“Tapi banyak yang tetap ingat keluarga. Mereka mikir bagaimana nasib istri dan anaknya di rumah. Mereka menyesal dan akhirnya bertobat,” ujarnya.
Rasa cinta terhadap keluarga jugalah yang selalu dia gunakan jadi ‘senjata’ menasihati penyalahguna narkotika yang ditemui selama perjalanan ratusan kilometer Surabaya-Jakarta.
Dia yakin seorang ayah harusnya dapat menjadi sosok panutan bagi anaknya.