Jendela Dunia
Reaksi Donald Trump saat Drone Amerika Serikat Ditembak Iran, Sebut Ada Orang Bodoh yang Terlibat
Reaksi Donald Trump saat Drone Amerika Serikat Ditembak Iran, Sebut Ada Orang Bodoh yang Terlibat
Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat kemudian merespon tindakan Iran yang menembak jatuh drone milik negaranya.

Trump bereaksi dengan menyebut bahwa Iran telah melakukan kesalahan yang sangat besar.
"Iran membuat kesalahan yang sangat besar!" tulis Trump dalam akun Twitter miliknya, yang bereaksi atas serangan Iran pada Kamis (20/6/2019).
Trump telah berulang kali menyampaikan pihaknya tidak mendukung terjadinya perang dengan Iran kecuali jika untuk menghentikan negara itu dari mendapatkan senjata nuklir.
Sebelum ditembak jatuhnya droni ini, ada pengaluan dari militer AS yang mengatakan bahwa Iran telah menembakkan misil ke arah sebuah drone.
Kejadian tersebut berlangsung dua pekan sebelum kejadian penembakan drone terbaru terjadi.
Penembakan misil tersebut merespon serangan dua kapal tanker di Teluk Oman.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, pihak Amerika Serikat menuding Iran sebagai dalang dalam serangan kedua tanker tersebut.
Sementara itu, Teheran membantah keterlibatannya dalam insiden tersebut.
Keadaan yang semakin memanas antara Iran dan Amerika Serikat dipicu keputusan Presiden Donald Trump yang menyatakan menarik diri dari kesepakatan nuklir dengan Iran setahun lalu.
Hubungan dua negara tersebut memanas setelah Presiden Donald Trump mengumumkan menarik diri dari perjanjian era Presiden Barack Obama pada Mei tahun lalu.

Donald Trump kemudian mengumumkan memasukkan Garda Revolusi yang merupakan pasukan elite Iran ke dalam daftar teroris, dan menyalahkan mereka atas insiden di Teluk Oman.
Penerapan kembali berbagai sanksi terhadap Iran amat memukul perekonomian Iran yang sudah terpuruk.
Selain itu, Washington juga memperkuat kehadiran militernya di Timur Tengah sebagai bentuk "tekanan maksimal" terhadap Teheran.
Pengerahan sebuah gugus tugas yang diperkuat kapal induk dan pesawat pengebom B-52 ke kawasan Teluk memicu kekhawatiran munculnya konflik baru di wilayah itu.
Meskipun Presiden Donald Trump mengaku tidak ingin ada perang antara Amerika Serikat dan Iran namun, beberapa tindakannya justru dikrtitik.
Beberapa kritikan mengatakan bahwa kebijakannya yang menjatuhkan tekanan maksimum melalui sanksi ekonomi, pengabaian kesepakatan nuklir, pengerahan pasukan ke Timur Tengah, telah membuat risiko terjadinya perang semakin besar.