Kabar Tulungagung

Cuaca Dingin, Angka Kematian Ikan Koki Mencapai 50 Persen dalam Kolam Pembudidayaan di Tulungagung

Saat malam, suhu bisa mencapai 17 derajat celcius. Kondisi itu membuat pembudidaya ikan emas koki harus bekerja ekstra.

Penulis: David Yohanes | Editor: Achmad Amru Muiz
suryamalang.com/David Yohanes
Tri Purwanto, pembudidaya ikan emas koki asal Desa Wajak Lor, Kecamatan Boyolangu, Tulungagung sedang mempersiapkan ikan yang akan dijual. 

SURYAMALANG.COM, TULUNGAGUNG - Hampir satu bulan terakhir, wilayah Tulungagung dilanda suhu dingin. Saat malam, suhu bisa mencapai 17 derajat celcius. Kondisi itu membuat pembudidaya ikan emas koki harus bekerja ekstra.

Sebab, suhu yang ekstrem ini mengakibatkan tingkat kematian ikan koki mecapai 50 persen. "Kalau kondisi normal, saat malam kan 30 derajat (celcius), tidak sampai lewat 20 derajat. Sekarang dinginnya ekstrem," ujar seorang pembudidaya emas koki, Samsul Huda, warga Desa Wajak Lor, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung.

Untuk mengatasi suhu ektrem ini, Samsul yang bergabung dalam kelompok Cipto Mulyo Asri mempunyai penanganan khusus. Salah satunya dengan mengurangi porsi makan, dari tiga kali menjadi satu kali sehari.

Menurutnya, dalam kondisi lapar ikan menjadi lebih aktif bergerak, sehingga tubuhnya lebih sehat dan hangat. Kemudian air kolam dikuras lebih cepat, dari biasanya setiap 7 hari menjadi setiap 5 hari.

Ketinggian air kolam juga dikurangi dari 50 sentimeter, menjadi 30 sentimeter. Dengan demikian cahaya matahari bisa menembus hingga ke dasar kolam.

"Kalau air bisa menembus dasar kolam, airnya akan selalu hangat. Malam hari suhu kolam juga masih hangat," sambung Samsul.

Secara teori, air memang lebih lambat menyerap panas matahari, namun air juga lebih sulit melepaskan suhu panas. Dampaknya pertumbuhan ikan jadi lambat, karena porsi makannya dikurangi.

Diperkirakan suhu dingin ini akan berakhir pada Bulan Agustus. "Begitu suhu sudah naik, makannya digenjot lagi agar cepat besar," terang Samsul.

Ikan yang baru menetas akan lebih rentan. Kadang satu tetasan dari satu indukan, tidak ada yang selamat dari suhu dingin.

Namun perlakuan seperti yang dipaparkan Samsul bisa menekan kematian hingga di bawah satu persen. Kuncinya adalah konsisten melakukan semua langkah antisipasti tersebut dari hari ke hari.

"Begitu dilakukan penanganan seperti tadi, angka kematian bisa turun dratis hingga di bawah satu persen," tutur Samsul.

Pembudidaya emas koki lainnya, Tri Purwanto mengatakan, idealnya masa pemeliharaan ikan ini pada musim hangat. Namun karena permintaan tidak ada putusnya, maka seolah tidak ada musim bagi budidaya emas koki.

Musim dingin ekstrem seperti saat ini justru cocok untuk perkembangbiakan. "Anak koki yang dihasilkan saat musim dingin seperti ini, nantinya daya tahan tubuhnya akan kuat," ujarnya.

Selama ini, Tri dan Samsul banyak mengirim emas koki hasil budidayanya ke berbagai kota di Indonesia. Paling banyak ke Jakarta, Surabaya hingga ke Medan. Ikan-ikan ini dikirim dengan jasa ekspedisi darat maupun pesawat terbang.

"Di dalam plastik beroksigen, ikan ini bisa bertahan hingga dua hari dua malam. Cukup panjang untuk melakukan perjalanan," sambung Tri.

Ikan hias berumbai-rumbai ini dijual dengan harga paling murah Rp 500 per ekor, tergantung ukuran dan warnanya. Sementara yang paling mahal bisa mencapai jutaan rupiah per ekor, jika sudah masuk kategori ikan kontes. 

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved