Berita Malang
BERITA MALANG POPULER Hari Ini, Penjelasan Dosen UB Soal Potensi Gempa di Selatan Jawa & Megathrust
Berita Malang populer hari ini, kata dosen UB soal potensi gempa di Selatan Jawa & pengertian Megathrust, yang disebut-sebut sebagai pemicu Tsunami.
Penulis: Sarah Elnyora | Editor: eko darmoko
"Material ini bukan yang gampang patah, itu sifatnya elastis. Nanti pelan-pelan lempeng eurasia itu akan menekan terus lempeng indo-australia karena berat jenisnya lebih besar lempeng eurasia," terangnya.
Pergerakan ini diakibatkan oleh mantel konveksi yang ada di dalam perut bumi.
Kata Prof Adi, mantel konveksi itulah yang menggerakkan area yang berada di atasnya.
Dan pergerakan itu akan terus menerus terjadi, karena material yang berada di atas mantel bumi sifatnya elastis.
"Tahu lava yang ada di Hawai? itukan materialnya elastis seperti pasta gigi. Ya itulah bentuknya. Tapi untung saja, berdasakan penelitian di lapangan di daerah selatan Jawa tidak ditemukan gunung berapi aktif yang ada di bawah laut," ujarnya.
Prof Adi berujar, masyarakat di Indonesia khususnya Pulau Jawa harus bersyukur, lantaran saat ini sering terjadi gempa di wilayah selatan Jawa.
• Benarkah Wanita Berjilbab Berpotensi Kekurangan Vitamin D? Inilah Ringkasan Hasil Riset
Hal itu dampaknya positif, lantaran apabila tidak terjadi gempa sama sekali, maka bisa dipastikan akan terjadi gempa yang cukup besar.
Ia mencontohkan, bahwa gempa yang terjadi di Pulau Bali beberapa hari belakangan ini mendekati gempa dan tsunami yang terjadi di Rajegwesi Banyuwangi 1994 silam.
Dengan adanya gempa kecil-kecil ini, energi yang ada di kerak bumi tersebut menjadi terlepas sedikit demi sedikit.
"Kapan gempa dan di mana tempatnya tidak akan ada yang tahu, hanya orang-orang itu memperkirakan berdasakan sejarahnya saja," ujarnya.
Maka dari itu, ia meminta kepada masyarakat untuk tidak takut.
Masyarakat diingatkan untuk tidak khawatir, dan tetap meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi ini.
Prof Adi juga meminta kepada pemerintah untuk membuat buku panduan terkait kebencanaan yang nantinya bisa diberikan kepada anak-anak sekolah maupun masyarakat.
"Jangan sampai resah dan jangan sampai panik. Masyarakat bisa lakukan evakuasi mandiri. Misalnya saja kejadian tsunami bisa dilihat dari surutnya air laut. Kalau surutnya di luar batas kewajaran. Ya bisa langsung menyelamatkan diri melalui jalur evakuasi atau mencari tempat yang lebih tinggi, meski tidak semua tanda-tanda tsunami dilihat dari surutnya air laut," ujarnya.
Dekan MIPA UB itu juga menjelaskan cara menanggulangi potensi ancaman tsunami, yakni dengan memasang barier alam seperti hutan mangrove.