Kisah Perempuan Pertama yang Mendarat ke Papua, Nekat Temui Soeharto, Dihujani Peluru & Dapat Emas
Kisah perempuan pertama yang mendarat ke Papua, nekat temui Soeharto, dihujani peluru hingga dapat emas...
Penulis: Sarah Elnyora | Editor: Dyan Rekohadi
Keesokan harinya mereka bersama menuju ke sungai untuk mencuci rambut dulu, seperti dalam salon benar-benar. Sesudah agak terurai, rambut istri Domingus dipotong model poni.
“Saya tak berani memotong lebih dari itu. Takut menyalahi adat kebiasaan.”
Sisa rambut diikat ke belakang dengan tali serat pisang, seperti ekor kuda."
"Bagaimanapun juga, Domingus puas. Dengan bangga dia memperkenalkan istrinya kepada anggota pasukan lain.
“Selama di Irian Barat, saya tak pernah mengalami sesuatu yang kurang sedap dari siapa pun juga,” Herlina menandaskan, “Dari orang-orang yang sedang mabuk maupun yang sadar.”
Bukan sesuatu yang aneh, kalau dia dulu pukul 3 dini hari masih berada di tengah hutan belantara dengan pengendara jip.
Dikalungi emas
Herlina orangnya memang berani. Waktu duduk di SMA dia sudah mempunyai angan-angan untuk mengelilingi Tanah Air.
Lamunan itu tak sekadar lamunan. Sesudah lulus dia benar-benar berangkat setelah mengikuti Tour de Java, naik sepeda bersama Dorine The. Rutenya, Jakarta - Jawa Timur - Bandung, sepanjang 1.900 km.
Apakah ada pengalaman yang mengesankan selama dalam perjalanan?
“Banyak sekali. Kesan utama ialah, bahwa tugas kita jauh dari selesai."
• Luna Maya Ngaku Dapat Ucapan Ulang Tahun Dari Faisal Nasimuddin, Soal Status, Jawabannya Menggantung
"Masih banyak daerah yang sangat terpencil, sehingga kurang hubungannya dengan dunia luas dengan segala macam konsekuensinya."
"Kesulitan bahasa pada umumnya tidak ada. Mereka semuanya sedikit banyak dapat berbahasa Indonesia berkat bersekolah di madrasah.”
Indonesia memang sangat luas dengan penduduk yang beraneka ragam.

Di daerah Indragiri misalnya, wanita-wanitanya masih memakai tutup muka. Mereka juga hanya diperbolehkan keluar rumah di waktu malam.
“Bagaimana caranya menemui mereka,” pikir Herlina.
Syarat mutlak untuk bisa mencapai hasil ialah, di mana-mana harus menyesuaikan diri dengan keadaan. Jangan sekali-kali menyinggung perasaan penduduk setempat.
“Bila mereka hanya boleh keluar pada malam hari, baiklah pertemuan kami selenggarakan juga pada malam hari,” pikirnya.
Para ibu dikumpulkan dan diberi “kuliah” tentang tugas dan kewajiban kaum wanita.
Apakah setelah “indoktrinasi” tersebut mereka akan tenggelam lagi dalam keadaan semula?
Dalam hal ini Herlina sangat optimistis. “Masa dari sekian banyak wanita tidak ada satu pun yang berani memberontak?”
Pernah dia tiba di suatu daerah yang baru saja dilanda wabah influenza. Kebetulan dia membawa tablet antiinfluenza, yang segera saja dia bagi-bagikan.
Tetapi sebelum mereka mau menelan, Herlina harus memberi contoh dulu.
Mereka agaknya merasa takut kalau-kalau pendatang tersebut hanya ingin membuat gara-gara.
Namun ketika benar-benar bisa sembuh, kegirangan mereka tidak dapat dilukiskan. Herlina didukung-dukung dan dianggap”dewa” penyelamat.
• Reaksi Anak Rusmini Melihat Ibunya Meninggal Pasca Menendang Kepalanya, Tertunduk di Samping Keranda
Walau pun sudah mendapat gelar Srikandi Indonesia dan sudah pernah merasakan betapa beratnya pending emas yang dikalungkan di lehernya, di samping sedikit banyak juga ikut berjuang untuk kembalinya Irian Barat ke pangkuan Ibu Pertiwi, Herlina masih tetap saja Herlina biasa.
Sebagai informasi, Herlina sering dikaitkan dengan pending emas karena ia mendapat hadiah pending emas sebagai perempuan pertama yang didaratkan ke Irian Barat dalam usaha mengembalikan wilayah itu ke pangkuan RI.
Presiden Sukarno pun memberinya hadiah berupa emas yang berbentuk seperti “kendi kecil” yang disebut pending, beratnya sekitar 1-2 kg.
“Perjuangan saya tak ada artinya,” katanya. “Saya masih belum apa-apa.”
Banyak yang sudah dialaminya sejak Herlina dilahirkan tanggal 24 Februari 1941.
Namun mungkin yang paling mengesankan ialah waktu dia tiba di Jakarta untuk pertama kalinya dari Irian Barat.
Pada saat yang sama kebetulan juga berlabuh sebuah kapal niaga Pelni. Mas Harkomojo, mualim kapal tersebut ternyata juga ingin menyongsong kedatangan Srikandinya.
Pertemuan yang menentukan bagi hari depan mereka.
Setelah perjuangan merebut Irian Barat berakhir, Herlina meniti karier di Kementerian Luar Negeri.
Hingga akhirnya dia meninggal dunia pada di RSPAD Jakarta pada Selasa malam, 17 Januari 2017, pukul 22.45 WIB di usia 75 tahun. (Ditulis oleh Jacob Oetama, dalam buku Sketsa Tokoh – Intisari)
• Hutang Ayu Ting Ting Menumpuk & Cuma Bayar Setengah, Penagih Lakukan Hal di Luar Dugaan saat Syuting
• Reaksi Ayah Vanessa Angel saat Lihat Anaknya Pose Seksi Pakai Bikini, Doddy Sudrajat Ucap Kata Jorok