Media Sosial
Inilah Sosok Diduga Pak Prabu pada Cerita KKN di Desa Penari, Ungkap Ritual di Kampung Dukuh
Inilah Sosok Diduga Pak Prabu pada Cerita KKN di Desa Penari, Ungkap Ritual di Kampung Dukuh
Penulis: Frida Anjani | Editor: eko darmoko
"Kalau orang dulu (red: nenek moyang) bilang menanam hal yang jelek nantinya anak dan cucu yang akan kena getahnya," tutur Sanusi.
Sanusi lebih lanjut mengatakan, hukum adat tersebut akan mengejar sampai akar-akarnya.
Adanya hal tersebut membuat warga sekitar tak ada yang berani mencuri.
Ia lantas membandingkan hukum adat tersebut dengan hukum pemerintahan.
"Kalau hukum pemerintahan, dituntut jaksa lalu di vonis pengadilan dan di penjara sekian puluh tahun, setelah itu selesai. Tetapi berbeda dengan hukum adat, kalau belum memetik hasilnya sampai 10 besok maka enggak akan punah. Jadi kalau nyentil, balasannya tampar," ucap Sanusi.
Sanusi mengartikan bahwa setiap perbuatan yang tak sesuai dengan hukum adat, dipercaya akan mendapatkan pembalasan lebih besar.
Sementara itu mengenai cerita KKN di Desa Penari yang diduga berada di lokasinya, Sanusi menyatakan bahwa biasanya anak-anak KKN berada di desa tetangga.
"KKN disini jarang, yang sering di kawasan Kemiren. Kalau dulu disini aksesnya kurang dan primitif, sekarang mah agak primitif," ungkap Sanusi.
Sanusi menyatakan, kalau di cerita KKN Desa Penari terdapat sebuah pohon yang disebut sebagai tempat turun naiknya penumpang dari kendaraan maka sebenarnya tempat tersebut tak ada di kampungnya.
"Disini enggak ada pohon beringin," aku Sanusi.
Menurut Sanusi, kampungnya hanya memiliki 100 kepala keluarga dan 7 tempat pemakaman.
Bahkan, Sanusi mengaku terdapat beberapa keluarga yang memiliki pemakaman sendiri.
"Ada keyakinan orang disini, hidup itu harus ada tempatnya. Kalau udah mati, ada tempatnya juga. Bukan megalithikum ya tetapi emang batunya lain," papar Sanusi.
• Cinta Terlarang Krisdayanti dan Raul Lemos di Belakang Anang, Aurel & Azriel Pergoki Miminya Sekamar

• Sesumbar Pernah Tinggal di Nevada, Barbie Kumalasari Ngaku Foto Dirinya Saat di Amerika Cuma Editan
Sanusi menekankan, yang terpenting di kampungnya terdapat tradisi adat setiap tanggal 7 Syawal yang dilaksanakan pukul 7.00.
"Dilaksanakan dua kali ritual sambil kita mengingat atau napak tilas siapa yang membabat kampung ini dulu. Hutan dijadikan persawahan. Konon Saridin berjalan dari Dieng ke sini dihadang musuh dan pusakanya direbut. Pusaka tersebut namanya Samadinan.