Malang Raya

Iseng Buka Usaha Sablon, 2 Orang Ini Sempat Terus Rugi, Kini Punya Omzet Jutaan Rupiah Per Hari

Michail Affan Akbar (23) tak menyangka bisnis jasa sablonan yang ia rintis sejak 2014 bisa bertahan sampai sekarang.

Penulis: Mohammad Erwin | Editor: Zainuddin
SURYAMALANG.COM/M Erwin
Tempat usaha sablon milik Michail Affan Akbar dan Putra M Sakdudin di Jalan Joyo Utomo V Blok E No 2, Merjosari, Kota Malang. 

SURYAMALANG.COM, KEPANJEN - Michail Affan Akbar (23) tak menyangka bisnis jasa sablonan yang ia rintis sejak 2014 bisa bertahan sampai sekarang. Bahu membahu bersama sahabatnya, Putra M Sakdudin (27) bisnis sablon kaos yang mereka rintis bisa melayani pesanan mencapai 150 kaos per hari.

Pria asli Malang yang akrab disapa Affan itu memulai usahanya bermula dari menjadi `makelar´ jasa sablonan.

Hidupnya dulu yang hanya kuliah, nongkrong dan bermain playstation dirasa kurang produktif.

Maka dari itu ia mencoba jadi perantara antara pembuat kaus dan jasa sablonan yang ia kenal dari Bandung. Oddo Sablon Bandung namanya.

"Sebenarnya tidak sengaja. Karena saya punya banyak teman dari berbagai SMA di Malang, kemudian mereka tanya jasa bikin kaos dengan sablon. Akhirnya saya makelaran saya ke bandung tempat kaos yang saya kenal lewat media sosial," beber pria yang mengidolakan Nabi Muhammad itu saat ditemui di rumahnya di Jalan Joyo Utomo V Blok E No 2, Merjosari, Kota Malang, Jumat (11/10/2019).

Affan kemudian berpikir, usaha sablonan punya prospek bagus untuk dikembangkan. Pangsa pasar yang luas jadi alasannya untuk berniat belajar buka usaha sablonan.

Uang keuntungan Rp 4 juta dari 90 kaus hasil makelarannya kala itu jadi modal untuk iseng merintis usaha sablon.

Ia akhirnya mengajak temannya asal Wajak, Kabupaten Malang, Putra M Sakdudin untuk bersama belajar menyablon.

Uang itu dibuat untuk membeli peralatan sablon seperti screen, gunting, setrika, cat sablo, cetakan, dan lain sebagainya.

"Kemudian saya anggap ada peluang. Kemudian saya coba sendiri. Saya coba kok susah gagal terus. Akhirnya saya ke Bandung selama tiga hari belajar nyablon. Di teman saya Oddo Sablon Bandung," beber pemuda yang menempuh studi Sosiologi, Universitas Brawijaya.

Usai pulang dari Bandung, Affan menerapkan ilmu yang ia pelajari di rumahnya.

Bukannya mendapat hasil, Affan masih saja tak berhasil membikin satu kaos yang sempurna.

Hari demi hari Affan dan Putra terus belajar. Hingga akhirnya memberanikan diri membuka pesanan.

Tapi sistemnya made by order alias eceran sesuai desain pesanan sang pemesan.

Dari situ tempat sablonnya yang bernama `Nalar Industries´ lahir.

"Untung customer itu teman saya, sehingga tak ada komplain kalau hasilnya kurang bagus hehe. Satu biji kaos nyobanya tiga kaos. Gagal dan akhirnya rugi terus. Tapi saya terus belajar," ungkap pria yang menikahi pacarnya bernama Salsabila Ashifati tahun 2018.

Satu tahun pertama, Affan tak memikirkan keuntungan yang didapat.

Ia membandrol Rp 30 ribu per kaos kala itu. Baginya satu tahun pertama iseng membuka bisnis jasa sablon dianggapnya sebagai pembelajaran.

"Setelah satu tahun pertama baru agak bisa nyablon. Itu murni buat belajar. Di kamar saya tempat produksinya," kata pria penghobi futsal.

Di tengah jalan, orang tuanya tak menyetujuinya membuka usaha sablon. Karena, lebih baik melanjutkan studinya di Universitas Brawijaya.

Namun Affan tak menyerah. Terlalu semangat belajar sablon sampai larut malam membuat Affan ngantuk saat di bangku perkuliahan.

"Ditengah jalan saya tak mendapat persetujuan dari orang tua. Mereka bilang apasih untungnya jadi tukang sablon ya lebih baik lanjutkan kuliah. Tapi saya tetap getol membuat usaha. Sebenarnya orang tua bebas saja. Tapi karena orang tua latar belakang pendidikan saya disarankan untuk menempuh kuliah," ucap Affan.

Pria berambut keriting itu, memasarkan usahanya dari mulut ke mulut awalnya.

Karena saat ini era media sosial, ia kemudian memanfaatkan jejaring media sosial, Instagram.

"Tempat produksi ya perlahan dari kamar. Alhamdulillah sekarang bisa membangun tingkat di rumah untuk produksi. Perlahan memang," kata pria yang juga mengidolakan sosok Iwan Fals itu.

Usahanya kini masih eksis. Pada tempo waktu tersebut Affan mengaku duit keuntungannya dalam bisnis jasa sablon digunakan untuk pengembangan usaha.

"Selama berjalan itu kami tak banyak mengambil keuntungan. Kami putar untuk operasional dan pengembangan. Dapat untung saya dapat duit kami dapat uang buat makan dan pengembangan usaha," beber Affan.

Affan kini memperkerjakan 5 orang pegawai. Ia bagi menjadi bagian potong kaos, sablon dan penjahit.

"Misal garap 150 kaos, saya pasang harga Rp 55 ribu. Per hari ya omzetnya segitu. Rp 8 juta sekian lah. Semua produksi di sini, mulai potong kaos, sablon, jahit, semua hingga packing di sini. Saya gaji borongan pegawai saya juga saya kasih tempat tinggal dan makan di rumah," kata pemuda berbadan kurus.

Agar tetap eksis, Affan mengatakan tetap mengikuti tren yang sedang digandrungi kala ini.

Tipe sablon plastisol dan discharge mampu ia kerjakan. Untuk pengembangan usahanya, Affan mengaku ingin berjalan seperti air mengalir.

"Saya selalu mengikuti tren saat ini. Sehingga tetap eksis. Saya tidak menganggap ada pesaing. Karena percaya bahwa rezeki sudah diatur. Saya ingin memberikan perubahan kepada masyarakat sekitar. Seperti beri pelatihan kaos di Desa Sumberdem, Wonosari kabupaten malang, dan Desa Kidang Bang, Turen," ungkap Affan. (ew)

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved