Kota Batu
6 Alur Jaringan Ayam Kampus di Surabaya & Malang Bocor, Mucikari Kenalkan Teman SMA & Tarif 1,7 Juta
6 Alur Jaringan Ayam Kampus di Surabaya & Malang Bocor, Mucikari Kenalkan Teman SMA & Tarif 1,7 Juta
Penulis: Frida Anjani | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM - Berikut adalah kronologi jaringan ayam kampus di Kota Surabaya dan Malang yang berhadil diungkap oleh pihak kepolisian.
Dari terungkapkan jaringan ayam kampus di Surabaya dan Malang ini diketahui jika para perempuan yang 'menjajakan' diri masih berusia belasan tahun.
Untuk dapat berkencan selama satu malam bersama para ayam kampus ini para lelaki hidung belang cukup merogoh kocek sekitar Rp 1,7 juta.

Satreskrim Polres Batu mengamankan R, gadis yang masih berusia 18 tahun dalam kasus penawaran jasa prostitusi.
R ditetapkan sebagai tersangka karena menjadi mucikari, menjual ayam kampus yang berstatus sebagai mahasiswi di sebuah universitas di Kota Malang dan Surabaya.
Kasat Reskrim Polres Batu AKP Hendro Tri Wahyono memaparkan, R diciduk bersama sejumlah barang bukti seperti ponsel, uang senilai Rp 3,4 juta, kondom, bukti transfer dan seprei.
1. Bermula dari Tertangkapnya Pasangan Mesum di Hotel di Batu
Kronologi penangkapan, seperti yang dijelaskan Hendro, bermula dari penggerebekkan dua orang pasangan di hotel berinisal P.
Hendro tidak menjelaskan detail nama hotel.
Namun ia memastikan hotel tersebut berada di Kota Batu.
Saat digerebek, dua pasangan tersebut tidak bisa menunjukkan identitas pernikahan.
“Kami sudah mendalami hal ini dan mencium adanya praktik prostitusi di Kota Batu.
"Kami lidik dan dalami informasi dari masyarakat. Ternyata memang ada.
"Kami lakukan penggerebakkan di Hotel P di Kota Batu.
"Di situ ada dua pasangan berbuat cabul. Kami amankan, lalu mengembang ke penyedia jasanya inisial R, warga Batu,” terang Hendro, Kamis (7/11/2019).
2. Lakukan Transaksi Melalui WhatsApp
Dipaparkan Hendro, kasus tersebut merupakan kasus mucikari atau barang siapa yang mata pencahariannya dengan sengaja mengadakan dan memudahkan perbuatan cabul.
R melakukan transaksi melalui WhatsApp dengan yang mencari maupun yang ditawarkan.
“Tidak membikin grup khusus. Jadi ada seseorang menghubungi R, untuk meminta teman berhubungan. Lalu R menyediakan orang,” paparnya.

3. Tarif Rp 1,7 Juta Per Orang
Dari praktik prostitusi itu, R mematok harga Rp 1,7 juta untuk setiap perempuan yang ia tawarkan.
Hasilnya, R mendapat Rp 700 ribu, dan perempuan yang ditawarkan mendapatkan Rp 1 juta.
“Saat kami amankan, pekerjanya diberikan sejuta. R sendiri mendapat 700 per orang,” tegas Hendro.
4. Tawarkan Wanita Umur Belasan Tahun
Perempuan yang mucikari R tawarkan mulai dari usia 18 tahun, 19 tahun, hingga 36 tahun.
Selain mengamankan R, polisi juga mendalami informasi dari dua orang saksi.
5. Sosok Perempuan Adalah Teman SMA Mucikari hingga Mahasiswi di Malang dan Surabaya
R ternyata menawarkan teman-temannya sendiri.
Teman-temannya ini merupakan teman semasa sekolah SMA.
Selain itu, R juga menjual dua mahasiswi dari sebuah universitas yang berada di Kota Malang dan Surabaya.
“Sudah melakukan empat kali, semua dilakukan di Kota Batu, empat orang yang ditawarkan.
"Ada satu orang mahasiswi di Malang, satu lagi kuliah di Surabaya,” ujar R.

6. Sudah Ada 4 Pelangan, Semua Eksekusi di Kota Batu
Dijelaskan Hendro, R mengaku sudah menjalani praktik melanggar hukum itu selama dua bulan ini.
Ia sudah melakukan transaksi sebanyak empat kali.
R dijerat Pasal 506 dan Pasal 296 KUHP.
Polisi saat ini tengah mengembangkan kasus untuk mengurai dugaan adanya jaringan di balik R.
Penyelidikan kasus ini juga bagian dari upaya memberantas kasus prostitusi di Kota Batu.
Sebelumnya, Polda Jatim juga melakukan penggerebekan kasus prostitusi di Kota Batu beberapa waktu lalu yang sempat mengegerkan karena melibatkan seorang figur publik Tanah Air.
Pengakuan Ayam Kampus Tentang Ide Awal 'Berjualan'
Dalam sebuah kasus berbeda, ada seorang Ayam Kampus dan Ayam Abu-Abu yang berbagi pandangan mereka soal ide awal 'berjualan'.
Prostitusi berkembang mengikuti laju zaman, tidak terpaku dalam lokasi tertentu.
Agaknya, kemajuan teknologi sanggup 'menolong' para pebisnis di jalur esek-esek ini.
Modus jual beli dalam aktivitas prostitusi pun makin banyak dan beragam jenisnya, begitu juga dengan 'objek dagangannya'.
Misalnya, praktik prostitusi yang melibatkan sejumlah mahasiswi atau yang biasa disebut ayam kampus.
Fenomena 'ayam kampus' atau prostitusi yang melibatkan kalangan mahasiswi rupanya juga masih eksis di Semarang.
Meski sulit untuk menemui para pelaku bisnis esek-esek ini, pengakuan dari beberapa orang yang berhasil ditemui Tribun Jateng cukup mengejutkan.
Menjadi 'ayam kampus' tentu bukan bagian dari cita-cita Kenanga, mahasiswi universitas swasta di Kota Semarang.
Ia pun segan dan malu jika lingkungan di kampus, atau bahkan keluarga mengetahui dunia hitam yang digelutinya sejak setahun terakhir.
Tak ingin identitas aslinya tersebar, Kenanga menggunakan nama samaran.
"Akun di medsos, semunya pakai nama samaran, saya juga selektif saat menerima permintaan pertemanan," ucapnya, kepada Tribun Jateng, yang berhasil mewawancarainya baru-baru ini.
Selain itu, Kenanga memilah-milah mana medsos, nomor telepon, dan aplikasi pesan untuk berkomunikasi dengan teman-teman kampus, keluarga, serta untuk 'bekerja'.
Menurut dia, hal itu mutlak diperlukan, guna menjaga privasi dari gangguan orang-orang yang tak diinginkan.
"Nomor untuk kerja kan sewaktu-waktu bisa ganti. Beda dengan kontak untuk teman-teman, terlebih keluarga," tuturnya.
Selain itu, kepada keluarga Kenanga mengaku bekerja di sebuah pusat perbelanjaan terkenal di Kota Lumpia dengan gaji yang cukup menjanjikan.
Sehingga, keluarganya tak curiga dari mana ia bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, termasuk membayar uang kuliah.
"Ya tidak mungkinlah saya cerita hal seperti ini (menjadi ayam kampus-Red) ke keluarga. Yang tahu saya begini juga hanya teman-teman dekat saja," ucapnya.
Meski demikian, Kenanga mengakui, pekerjaannya sebagai ayam kampus penuh risiko.
Ia pun tak mau main-main dalam kesehatan.
Dalam hal ini, ia selalu menggunakan kondom saat melayani tamu.
"Kalau tamu tak bersedia menggunakan kondom, saya tolak. Dibayar Rp 10 juta pun, kalau syaratnya melepas kondom, saya tidak mau. Kerja gini harus aman, demi kesehatan, buat apa dapat duit banyak, tapi nanti ke depannya tidak sehat?" katanya, kepada Tribun Jateng.
Selain selalu menggunakan pengaman, Kenanga rutin memeriksakan kesehatannya ke dokter spesialis kulit dan kelamin.
Secara berkala, atau jika mengalami keluhan lain di dalam tubuh, ia segera memeriksakan diri ke dokter spesialis penyakit dalam.
"Saya punya dokter langganan yang selalu mewanti-wanti untuk tak lupa menggunakan kondom. Orangnya (dokter itu-Red) care (perhatian)," imbuhnya.
Dengan status 'tersembunyi' itu, Kenanga memang tidak tiap hari 'bekerja'.
Ia bahkan juga memutuskan untuk sama sekali tak menerima tamu saat mempunyai pasangan atau kekasih.
Menurut dia, saat punya pasangan, sedikit banyak sang kekasih juga turut membantu menopang keuangannya.
"Kalau pas punya pasangan, saya sama sekali tidak ngejob," ucapnya.
Kenanga menuturkan, sebelum memutuskan jadian, laki-laki itu dipastikan sudah tahu latar belakangannya seperti apa.
Sebab, ia selalu terbuka kepada lelaki yang menaruh hati padanya.
"Senakal-nakalnya saya, saya tak suka dibohongi, karena itu saya pun selalu berusaha jujur," akunya.
Selain ditopang kekasih, saat berpasangan Kenanga juga mengandalkan sisa tabungan miliknya.
Dia berujar, selalu menyisihkan hasil keringatnya untuk ditabung.
"Ya lumayan, ada tabungan. Tiap bulan pasti ada yang disisihkan untuk disimpan," kata dia.
Menurut Kenanga, ia sadar kehidupan tak bisa begini selamanya, suatu saat ia juga punya keinginan untuk 'hidup normal' jauh dari dunia yang saat ini digeluti.
Karena itu, ia selalu berhitung atas uang dari hasil jerih payahnya.
"Bisa mencari uang dengan cara begini bukan lantas saya suka foya-foya dan hura-hura. Saya selalu berhitung, tak dengan mudah menghamburkan uang, lalu cari tamu lagi," paparnya.
Karena tak mau larut dalam dunia hura-hura, ia pun sampai saat ini tak gengsi ke mana-mana naik sepeda motor, atau sesekali menggunakan taksi.
"Jika mau ngoyo, hampir tiap hari menerima tamu, bisa saja saya kredit mobil," kilahnya.
Dalam seminggu, Kenanga kadang cuma menerima satu atau dua tamu.
Selama terjun dalam dunia esek-esek, ia paling banyak menerima 10 tamu dalam satu bulan.
"Itu pas lagi banyak butuh uang, normalnya paling sebulan cuma terima empat sampai enam tamu," akunya.
Bila dilihat bodinya, tinggi badannya memang tak menjulang, tapi perawakannya sintal padat berisi.
Wajahnya teduh, tak menyiratkan aura kebinalan.
Berpakaian rapi, bersepatu, seperti layaknya pekerja kantoran.
Siapa nyana, mahasiswa semester empat sebuah kampus swasta di Semarang itu bisa menjadi patner merengguk birahi.
Selain menimba ilmu, ia juga melayani jasa melepas syahwat para pria kesepian. Tentu dengan imbalan sejumlah rupiah yang nominalnya telah disepakati.
Sudah lebih dari setahun Kenanga menjalani profesi ganda: mahasiswi sekaligus praktik plus-plus berbayar.
Mulanya, ia hanya 'nyambi' menjadi pemandu lagu freelance.
Seiring dengan berjalannya waktu, ia pun mengambil peran lebih dalam.
"Saya kuliah biaya sendiri, dapat duit dari orangtua saat pertama saja, untuk daftar dan biaya hidup awal-awal di Semarang. Setelah itu, saya ingin sepenuhnya mandiri, tak mau membebani orangtua," katanya, baru-baru ini.
Kenanga menuturkan, setelah uang pemberian orangtua, sisa pendaftaran kuliah itu ludes, ia pun mencoba peruntungan dengan menjadi pemandu lagu freelance, dengan tarif Rp 100 ribu/jam.
Pilihan itu bukan tanpa alasan, sedari duduk di bangku SMP, ia memang hobi nyanyi.
"Karena saya hobi nyanyi, pilihan menjadi pemandu lagu menjadi logis," ujarnya.
Kala itu, mami, sebutan koordinator pemandu lagu di tempat karaoke di mana ia sering menemani tamu, menawarkan kepadanya agar sekalian bisa menemani tamu di kamar hotel.
"Mami bilang, kalau kerja sekalian totalitas. Tapi saat itu saya tolak mentah-mentah. Semula memang sama sekali tak ada keinginan terjun ke dunia seperti ini," ucap gadis berambut lurus itu.
Selain penawaran dari mami, Kenanga pun sering menerima ajakan 'ngamar' dari tamu karaoke yang tergiur kemolekan tubuhnya.
"Sampai hampir setahun, saya kekeh menolak tawaran itu," ucapnya.
Namun, suatu ketika ia begitu sangat membutuhkan uang untuk menopang biaya kuliah dan kehidupannya sehari-hari.
Sementara, pundi-pundi uang di tabungan hasil ia bekerja selama menjadi pemandu lagu freelance tak mencukupi.
"Kemudian, saya diam-diam menerima tawaran untuk ngamar dari seorang tamu. Dari situ saya akhirnya terjun ke dunia seperti ini," jelasnya.
Meski kemudian bersedia melayani jasa kencan melepas syahwat sesaat, Kenanga mengaku tetap tak meninggalkan dunia pemandu lagu freelance.
Menurut dia, akan terlalu kelihatan menyolok ketika tiba-tiba ia begitu saja meninggalkan dunia lamanya sebagai pemandu lagu freelance.
"Tak semua tahu kalau aku bisa di-BO (booking-Red)," terangnya.
Selama ini, sambungnya, ia menawarkan jasa kencan melalui beberapa group rahasia di Facebook (FB), selain tentu dari tamu karaoke yang ditemaninya.
Dia mengakui, tak menawarkan jasa melalui akun Twitter, lantaran menilai 'promosi' di media sosial (medsos) jenis itu akan terlihat lebih menyolok.
"Kalau Twitter kan gak ada ya group-group rahasia kayak di FB," ucapnya, beralasan.
Kenanga berujar, jika ada pria hidung belang yang berminat atau merespon postingannya di group FB, komunikasi akan dilanjutkan via inbox, dan diteruskan melalui aplikasi layanan pesan di ponsel.
Ia mengaku tak pernah menyimpan nomor whatsapp atau aplikasi pesan ponsel lain milik tamu pria hidung belang.
"Selesai kencan, ya sudah, chatingan saya hapus semua. Kecuali pada tamu khusus, tertentu," bebernya.
Menurut dia, untuk mendapat pelayanan plus darinya, tarif kencan yang ditawarkan mendekati angka Rp 1 juta untuk short time (st), dan Rp 2 juta untuk layanan long time (lt) atau menginap.
Semua jasa yang ditawarkan exclude, artinya biaya hotel menjadi tanggungan tamu.
"Jarang saya mau menerima tawaran menginap, capai," tukasnya.
Selain itu, kenanga menuturkan, tak setiap hari menerima tamu. Ia mau melayani jasa melepas syahwat hanya ketika ia membutuhkan uang.