Malang Raya

Guru Lulusan S1 Rela Dibayar Murah Per Jam Pelajaran di Malang, Kisah Milenial Jadi Guru Honorer

Pengajar bergelar sarjana pendidikan di Kabupaten Malang rela mendapat gaji murah per jam pelajaran.

Penulis: Mohammad Erwin | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM/Mohammad Erwin
Candra Permana seorang guru honorer atau guru tidak tetap (GTT) di SMP Negeri 1 Pakisaji, Kabupaten Malang saat menyalami muridnya usai belajar di kelas, Senin (25/11/2019). 

SURYAMALANG.COM, KEPANJEN - Hari ini, Senin (25/11/2019) merupakan peringatan Hari Guru Nasional.

Profesi yang populer dengan tajuk Pahlawan Tanpa Tanda Jasa itu nyatanya masih jadi andalan bagi beberapa orang bergelar sarjana.

Beberapa pengajar bergelar sarjana pendidikan di kabupaten Malang rela mendapat gaji murah per jam pelajaran.

Seperti, Candra Permana seorang guru honorer atau guru tidak tetap (GTT) di SMP Negeri di Kabupaten Malang.

Pria lulusan Universitas Negeri Malang, jurusan Geografi itu mengaku, mengajar merupakan pekerjaan yang tak menuntut dirinya menghasilkan secara finansial. 

"Saya rasa dengan menjadi guru bisa bermanfaat bagi generasi muda," beber Candra Permana ditemui usai mengajar di kelasnya, Senin (25/11/2019).

Sudah setahun terakhir pria bergelar S.Pd menggeluti karir sebagai guru honorer.

Dalam seminggu ia harus mengajar selama 33 jam pelajaran. Setiap 1 jam pelajaran berdurasi 45 menit.

Rentang waktu yang ia habiskan di sekolah tersebut, Candra mendapat gaji murah per jam pelajaran. 

"Kalau sekarang guru honorer apa kata dari sekolah ya. Kalau di SMPN ini dihitung (honor) per jamnya.  Harapan kami sih gak muluk-muluk sih. Cuma lebih ditingkatkan aja," ungkap pria berusia 26 tahun yang berdomisili di daerah Karangduren, Pakisaji itu.

Candra berkisah, bekerja menjadi guru honorer menurutnya sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 

"Kalau dibilang cukup ya cukup sih. Buktinya saya bisa mencukupi," beber guru yang mengajar kelas 7 hingga kelas 9 SMP itu. 

Menurutnya, ikhlas dalam bekerja jadi pemacu semangatnya bekerja sebagai guru honorer

"Istilahnya kita melakukan sesuatu, jangan dibandingkan dengan apa yang diperoleh. Lakukan sesuatu itu ikhlas dari dalam diri kita," kata dia. 

Di sisi lain, lulusan S1 pendidikan luar biasa Universitas Negeri Malang bernama Alifta Rahma Syafira, menikmati profesinya sebagai guru honorer di sebuah SD di Kepanjen.

Gadis berusia 23 tahun mengajar sebagai guru pendamping siswa berkebutuhan khusus.

Alifta mengaku, dalam seminggu ia mengajar selama 45 jam pelajaran. 

"Saya digaji murah per jam. Menurutku kurang, terutama untuk guru honorer yang sudah berkeluarga," ungkap gadis yang berdomisili di Kepanjen itu.

Sebagai tenaga pendidik, Alifta ingin agar nasibnya lebih diperhatikan oleh pemerintah.

Pelatihan menjadi guru pendamping khusus juga dibutuhkannya.

Selama ini di Kabupaten Malang menurut Alifta belum ada. 

"Saya ingin guru honorer lebih diperhatikan statusnya di mata negara. serta adanya tunjangan yang sesuai dengan kualitas atau kinerja guru tersebut," 

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved