Malang Raya
Berita Malang Hari Ini Populer, Penggerebekan 6 WNA Kasus Penipuan Online & Guru Bayaran Rp 5 Ribu
Berita Malang hari ini populer, penggerebekan 6 WNA kasus penipuan online dan guru bayaran Rp 5 ribu.
Penulis: Sarah Elnyora | Editor: Adrianus Adhi
SURYAMALANG.COM - Berita Malang hari ini populer salah satunya tentang penggerebekan 6 WNA kasus penipuan online.
Selain itu, berita Malang hari ini juga membahas kisah guru milenial bernama Candra Permana yang dibayar Rp 5 ribu per jam.
Selengkapnya, langsung saja siamak berita Malang populer hari ini Selasa, 26 November 2019.
1. Penggerebekan 6 WNA Kasus Penipuan Online
Enam orang WNA asal Taiwan dan China, dan seorang WNI di Malang yang diringkus Tim Siber Ditreskrimsus Polda Jatim diduga terlibat kasus skimming atau penipuan berbasis siber jaringan internasional.
Kabid Humas Polda Jatim Kombes Frans Barung Mangera menuturkan, mereka para WNA yang sementara diringkus di kawasan Malang terlibat kasus skimming atau penipuan berbasis siber jaringan internasional yang berlokasi di China.
Ia menyebut, di balik proses penangkapan mereka ada 15 orang personel kepolisian dari China.
Mereka, lanjut Barung, turut bekerjasama dengan Anggota Polda Jatim dalam mengamankan para pelaku dan menyita sejumlah barang bukti.
"Kegitan tersebut juga di ikuti oleh Kepolisian dari China sebanyak 15 org yang ikut kegiatan pengamanan dan penyitaan BB," katanya pada TribunJatim.com (Grup SURYAMALANG.COM), Selasa (26/11/2019) dini hari.
Penggerebekan terhadap enam warga negara asing (WNA) dan satu warga negara Indonesia (WNI) di Kota Malang, Jawa Timur turut melibatkan kepolisian dari Cina. Tujuh orang yang ditangkap di perumahan elite ini diduga terlibat kejahatan cyber internasional.
“Betul ada satu regu polisi dari Cina yang terlibat dalam proses penangkapan,” jelas Kasat Reskrim Polres Malang Kota, AKP Komang Yogi, Senin (25/11/2019) malam.
Ia menambahkan tujuh pelaku diringkus di rumah yang berbeda. WNA asal Taiwan berinisila LCT misalnya, ditangkap di Perumahan Istana Dieng Blok CC Nomor 14.
“Ada delapan lokasi penggerebekan di Kota Malang,” imbuhnya.

Dari mereka lanjut Komang, polisi menyita sejumlah handphone, paspor, Ipad dan dua unit CCTV recorder. Semua barang bukti diangkut ke dalam kardus dan koper.
“Ada handphone, ada paspor juga tadi yang disita,” ucap Komang.
Proses penggerebekan dilakukan oleh tim gabungan Polri mulai dari Polda Metro Jaya, Polda Jawa Timur hingga Polres Malang Kota. Operasi dimulai sejak sore hari hingga pukul 22.00 WIB.
Lokasi penggerebekan terakhir adalah rumah di Perumahan Istana Dieng Blok Selatan Blok B Nomor 14. Enam orang yang ditangkap di sana lantas diangkut menggunakan mobil.
Ketujuh orang itu akan dibawa langsung Polda Metro Jaya Jakarta.
Kemudian, ungkap Barung, mereka bakal diserahkan dan ditangani langsung oleh Divisi Hubungan Internasional (Divhubinter) Mabes Polri di Jakarta, Selasa (26/11/2019) besok.
Tak cuma itu, keenam WNA itu dihari yang sama akan segera dideportasi ke negara asalnya.
"Kami akan serahkan pada Kepolisian China dan di deportasi," pungkasnya.
2. Guru Bayaran Rp 5 Ribu
Senin (25/11/2019) merupakan peringatan Hari Guru Nasional.
Profesi yang populer dengan tajuk Pahlawan Tanpa Tanda Jasa itu nyatanya masih jadi andalan bagi beberapa orang bergelar sarjana.
Beberapa pengajar bergelar sarjana pendidikan di kabupaten Malang rela mendapat gaji Rp 22.500 per jam pelajaran bahkan ada yang hanya Rp 5 ribu per jam pelajaran.
Seperti, Candra Permana seorang guru honorer atau guru tidak tetap (GTT) di SMP Negeri 1 Pakisaji, Kabupaten Malang.
Pria lulusan Universitas Negeri Malang, jurusan Geografi itu mengaku, mengajar merupakan pekerjaan yang tak menuntut dirinya menghasilkan secara finansial.
"Saya rasa dengan menjadi guru bisa bermanfaat bagi generasi muda," beber Candra Permana ditemui usai mengajar di kelasnya, Senin (25/11/2019).
Sudah setahun terakhir pria bergelar S.Pd menggeluti karir sebagai guru honorer.

Dalam seminggu ia harus mengajar selama 33 jam pelajaran. Setiap 1 jam pelajaran berdurasi 45 menit.
Rentang waktu yang ia habiskan di sekolah tersebut, Candra mendapat gaji Rp 22.500 per jam pelajaran.
"Kalau sekarang guru honorer apa kata dari sekolah ya. Kalau di sini (SMPN 1 Pakisaji) dihitung (honor) per jamnya. Harapan kami sih gak muluk-muluk sih. Cuma lebih ditingkatkan aja," ungkap pria berusia 26 tahun yang berdomisili di daerah Karangduren, Pakisaji itu.
Candra berkisah, bekerja menjadi guru honorer menurutnya sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
"Kalau dibilang cukup ya cukup sih. Buktinya saya bisa mencukupi," beber guru yang mengajar kelas 7 hingga kelas 9 SMP itu.

Menurutnya, ikhlas dalam bekerja jadi pemacu semangatnya bekerja sebagai guru honorer.
"Istilahnya kita melakukan sesuatu, jangan dibandingkan dengan apa yang diperoleh. Lakukan sesuatu itu ikhlas dari dalam diri kita," kata dia.
Di sisi lain, lulusan S1 pendidikan luar biasa Universitas Negeri Malang bernama Alifta Rahma Syafira, menikmati profesinya sebagai guru honorer di SD Ulil Albab, Kepanjen.
Gadis berusia 23 tahun mengajar sebagai guru pendamping siswa berkebutuhan khusus.
Alifta mengaku, dalam seminggu ia mengajar selama 45 jam pelajaran.
"Kalau saya digaji Rp 5 ribu per jam. Menurutku kurang, terutama untuk guru honorer yang sudah berkeluarga," ungkap gadis yang berdomisili di Kepanjen itu.
Sebagai tenaga pendidik, Alifta ingin agar nasibnya lebih diperhatikan oleh pemerintah.
Pelatihan menjadi guru pendamping khusus juga dibutuhkannya.
Selama ini di Kabupaten Malang menurut Alifta belum ada.
"Saya ingin guru honorer lebih diperhatikan statusnya di mata negara. serta adanya tunjangan yang sesuai dengan kualitas atau kinerja guru tersebut,"
3. Kemunculan Situs Bersejarah Baru
Warga Desa Pendem menemukan tumpukan batu bata berukuran lebar 25 cm, panjang 35 cm dan ketebalan 10 cm, Senin (25/11/2019).
Temuan tumpukan bata itu diduga merupakan situs peninggalan jaman kerajaan.
Namun belum ada pihak yang memastikan bahwa itu adalah peninggalan kerajaan.
Anton Adi Wibowo (40), adalah orang yang pertama kali menemukan situs itu. Di temui di lokasi, Anton menceritakan sejak awal ia menemukan tumpukan bata itu.
"Saya awalnya ingin menanam lima pohon alpukat. Saat saya gali dengan kedalaman sekitar 40 cm, cangkul saya menabrak benda tumpul," ujar Anton, Senin (25/11/2019).

Saat dilihat, Anton mendapati sebuah batu bata yang berukuran besar di pagi itu, sekitar pukul 8.00 wib.
Anton penasaran, ia kemudia mengali lebih dalam. Kemudian ia menemukan lagi tatanan bata.
"Ada empat orang yang mencangkul saat itu. Selain saya ada Imron, Asad dan Teguh," ujarnya.
Lahan yang akan ditanami pohon alpukat itu adalah lahan makam keluarganya Anton.
Anton pun mengurungkan niat untuk menanam pohon alpukat.
Setelah itu, Anton segera melapor ke Kepala Dusun. Dari laporan itu, Kepala Dusun melaporkan ke Kepala Desa Pendem Tri Wahyuwono Efendi.
"Setelah mendapat laporan, saya ke lokasi. Lalu melaporkan ke Dinas Pariwisata," ujar Efendi.
Tak lama kemudian, petugas dari Dinas Pariwisata Kota Batu datang ke lokasi. Kedatangannya juga bersamaan dengan petugas dari TNI/Polri.
"Memang nanti akan ada tindak lanjut dari Pemkot Batu," terang Efendi.
Saat ini, daerah penemuan telah dipasang garis polisi. Efendi mengatakan, warga akan memberikan pengamanan di lokasi temuan.
Dikatakan Efendi, tidak jauh dari lokasi penemuan terdapat punden. Punden tersebut sudah lama berada di Desa Pendem.
"Punden ini sudah lama berada di sini. Di Desa Pendem hanya ada situs punden itu saja. Ini harus kami jaga karena mungkin merupakan peninggalan kerajaan," katanya.