Malang Raya
LL Dikti Jatim Dorong PTS Produktif Cetak Guru Besar, Target Ada 20 Gubes Baru Tiap Tahun
Prof Dr Suprapto, Kepala Lembaga Layanan Perguruan Tinggi (LL Dikti) wilayah VII Jawa Timur ingin per tahun jumlah guru besar meningkat.
Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Perguruan Tinggi Swasta (PTS) didorong untuk bisa lebih produktif mencetak guru besar (Gubes).
Jumlah Gubes di PTS -PTS di wilayah Jatim diharapkan bisa meningkat tajam tahun ini.
Prof Dr Suprapto, Kepala Lembaga Layanan Perguruan Tinggi (LL Dikti) wilayah VII Jawa Timur ingin per tahun jumlah guru besar meningkat.
Saat ini masih belum ada keseimbangan jumlah guru besar di perguruan tinggi di Jatim.
"Sampai tiga tahun ke depan, saya ingin jumlah profesor di Jatim bisa 20 setiap tahun," jelas Suprapto pada wartawan saat di Malang beberapa waktu lalu.
Menurut Gubes ITS ini, pada tahun 2019 baru ada 13 gubes per tahun.
Sedang Rektor ITN Malang, Dr Kustamar menyatakan di lembaganya bakal ada tiga calon gubes baru.
Saat ini jumlah gubesnya ada lima. Tapi sekarang calon gubes di wilayah VII sudah ada yang antri.
Tinggal menunggu waktunya. Ia yakin targetnya bisa terpenuhi sehingga Indonesia memiliki SDM unggul.
Sehingga harus optimis bahwa negara Indonesia tidak kekurangan SDM yang profesional.
Kustamar mengakui jumlah Gubes di PTS masih kalah banyak dibanding Gubes di PTN.
"Ya kalau dosen negeri kan memang fokus dosennya. Kalau swasta kan juga harus mencari uang sendiri," tambahnya.
Sementara itu di tengah persaingan ketat perguruan tinggi di Jawa Timur, masih ada yang mengajukan mendirikan perguruan tinggi baru.
Ia menyebut sampai Desember 2019, ada tujuh pengajuan baru.
"Ya kami proses yang menjadi bagian kami. Ada bagian tertentu yang sisanya proses di Jakarta," jawabnya.
Rencana perguruan tinggi baru ini di antaranya ada di Jember dan Blitar.
Sedang untuk prodi baru, untuk sementara prodi yang diajukan perguruan tinggi saat ini sudah cukup bagus sebagaimana disampaikan Presiden Jokowi yaitu kekinian dan dibutuhkan pasar.
"Tapi juga ada moratorium untuk prodi pendidikan dan kesehatan. Tapi masih terbuka di sains dan teknologi, engineering dan matematika," jawabnya.