Malang Raya
Antara untuk Buang Air atau Mandi, Begini Dilema Korban Krisis Air Bersih di Kota Malang
Sudah 11 hari ini krisis air bersih melanda sebagian Kota Malang. Kini air bersih menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi masyarakat yang terdampak.
Penulis: Mochammad Rifky Edgar Hidayatullah | Editor: Zainuddin
SURYAMALANG.COM, KEDUNGKANDANG - Sudah 11 hari ini krisis air bersih melanda sebagian Kota Malang.
Kini air bersih menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi masyarakat yang terdampak.
Setiap kali bantuan tangki air gratis datang, warga langsung mendatangi tangki tersebut.
Pemandangan itulah yang kini terjadi di sejumlah wilayah yang terdampak, seperti di Perumahan Bulan Terang Utama (BTU) Kota Malang.
Hal itulah yang setiap hari dirasakan oleh Reza (28), warga yang tinggal di Perum BTU Blok GA No. 34.
Dia sampai bingung harus dengan cara seperti apalagi untuk menghemat air.
Bahkan Reza sampai patungan dengan tetangganya untuk membeli tandon untuk mencukupi kebutuhan air di daerahnya.
“Ini inisiatif dari kami untuk menghemat air,” ucap Reza kepada SURYAMALANG.COM, Selasa (21/1/2020).
Tak hanya itu, dalam menghemat air Reza juga bingung dalam memilih kebutuhan jasmani untuk raganya sendiri.
Bahkan, untuk buang air atau mandi saja, dia sampai mikir.
Antara buang air saja ataupun hanya untuk mandi saja.
Apalagi, tangki air gratis bantuan dari PDAM Kota Malang hanya datang dua kali dalam sehari.
“Kami juga harus berbagi dengan keluarga di rumah. Apalagi untuk keluarga yang memiliki anak. Kasihan mereka. Jadi orang tua yang harus mengalah,” ucapnya.
Bantuan tandon air atau terminal air portabel dari PDAM Kota Malang, bagi Reza juga kurang begitu maksimal.
Dikarenakan, tandon selalu habis pada siang hari, meski telah diisi pada pagi harinya oleh PDAM.