Kabar Surabaya
Mengintip Koleksi Museum Pendidikan Surabaya, Ada Bangku Gandeng dan Buku ‘Ini Budi’
Ada banyak spot selfie di Museum Pendidikan Surabaya. Pengunjung bisa ber-swafoto di museum dari sudut manapun.
Penulis: faiq nuraini | Editor: Zainuddin
SURYAMALANG.COM, SURABAYA – Ada banyak spot selfie di Museum Pendidikan Surabaya.
Pengunjung bisa ber-swafoto di museum dari sudut manapun.
Mereka juga bisa bebas mengambil spot foto di dalam maupun di luar gedung museum.
“Sebelum ke sini, saya pikir banyak koleksi sejarah munculnya pendidikan di Surabaya,” ucap Nazifa Bilqis, pengunjung asal Sidoarjo kepada SURYAMALANG.COM.
Suasana di Museum Pendidikan tidak stagnan dan tidak membosankan.
Museum Pendidikan di Jalan Gentengkali Surabaya ini modern tapi tetap unik.
Lantai museum masih berupa tegel kuno motif batik dan garis kotak.
“Suasana foto di sini banyak di Instagram. Makanya saya tegoda datang ke sini,” kata Anisah Nur Fitria, pengunjung lain.
Mahasiswi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya ini datang bersama rekan sekampusnya, Alfin Eggy.
Mereka setiap stan koleksi di dalam museum.
Museum Pendidikan menjadi destinasi baru yang lokasinya di tengah kota.
Bangunannya heritage dan unik tapi modern.
“Suasananya nyaman, dan lay out-nya bagus. Tapi kok koleksinya sedikit amat,” kata Nazilla Bilqis.
Sejumlah pengunjung mengaku terkenang dengan keberadaan koleksi bangku sekolah kuno.
Bangku gandeng itu mengingatkan para mahasiswa pada zaman dulu.
Mereke ramai-ramai duduk di bangku unik ini.
Museum Pendidikan Surabaya baru diresmikan sekitar dua bulan lalu.
Pengunjung bisa parkir di gedung parkir Genteng Kali.
Museum ini akan membawa pengunjung pada era pendidikan zaman dulu.
Ada patung yang menggambarkan asal mula mendapatkan api. Ada juga koleksi kitab atau buku kuno.
Begitu juga kolega lain semua dikelompokkan sesuai konteks. Ada Pra aksara zaman batu purba, Diorama pra aksara, zaman Kerajaan, Diorama kerajaan, dan sebagainya.
Ada juga Zona kolonial, sampai Zona Surabaya. Ada juga mainan zaman dulu. Penghapus dan kapur zaman dulu. Ada juga mesin press tangan.
“Ada juga buku Ini Budi. Buku ini melegenda,” kata kata Alfin Eggy.