Sumenep

KLB Campak di Sumenep Belum Bisa Dicabut, Masih Ada Ribuan Suspek dan 20 Anak Meninggal Dunia

Berdasarkan data yang tercatat di Dinkes P2KB Sumenep hingga 11 September 2025, jumlah suspek campak tercatat 2.782 orang.

Editor: Dyan Rekohadi
TribunMadura/Ali Syahbana
ILUSTRASI - WABAH CAMPAK : Wabub Sumenep, KH Imam Hasyim bersama tim Puskesmas Pamolokan saat berikan imunisasi bagi anak PAUD HI Rumah Pintar Kecamatan Kota, pada Senin (25/8/2025). 

Laporan : Ali Hafidz Syahbana

SURYAMALANG.COM, SUMENEP - Status kejadian luar biasa (KLB) campak di Kabupaten Sumenep, Madura belum bisa dicabut dalam waktu dekat.

Pasalnya, kasus campak terus bermunculan meski vaksinasi massal (ORI) sudah berjalan sejak 25 Agustus 2025 lalu.

Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (P2KB) Sumenep, Ellya Fardasyah  menegaskan bahwa penurunan kasus menjadi faktor utama pencabutan status KLB.

"KLB memang menunggu sampai kasus reda. Kalau sudah tidak ditemukan lagi kasus campak dan angka penularan turun, barulah bisa dicabut," tutur Ellya Fardasyah pada Jumat (12/9/2025).

Hingga kini, capaian vaksinasi massal campak rubella masih jauh dari target.

Dari total sasaran 73.969 anak, baru 56.800 anak yang divaksin atau sekitar 76,8 persen di Sumenep.

Kalau dirinci, masih ada lebih dari 17 ribu anak yang belum tersentuh imunisasi.

Kondisi tersebut menjadi tantangan berat bagi Pemkab Sumenep untuk segera mengakhiri status KLB campak.

"Memang masih ada penolakan di lapangan. Itu yang membuat capaian belum sesuai target," ucapnya.

Berdasarkan data yang tercatat di Dinkes P2KB Sumenep hingga 11 September 2025, jumlah suspek campak tercatat 2.782 orang.

Dari jumlah itu, 2.688 pasien sudah dinyatakan sembuh, sementara 20 pasien meninggal dunia.

Saat ini masih ada 74 pasien campak yang dirawat intensif, mayoritas masih anak-anak.

Sebaran penderita Campak yakni, 23 pasien dirawat di RSUD dr H Moh Anwar Sumenep, 10 pasien di RSI Kalianget, 10 pasien di RSU Sumekar

Dan selanjutnya, ada 31 pasien masih dalam perawatan di sejumlah Puskesmas.

Sedangkan di RSIA Esto Ebhu, RSUD Abuya dan RS BHC, tidak ada pasien campak yang dirawat.

Melihat kondisi tersebut, Dinas Kesehatan P2KB Sumenep telah mengajukan perpanjangan pelaksanaan ORI melalui Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur kepada Kementerian Kesehatan RI.

"Kami siapkan perpanjangan sampai 20 September 2025. Kalau tidak, target tidak akan tercapai," terang Ellya Fardasyah.

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved