Mirip di Wuhan, Warga Manado Juga Makan Kelelawar yang Diduga Asal Virus Corona, Harus Waspada?
Mirip di Wuhan, Warga Manado Juga Makan Kelelawar yang Diduga Asal Virus Corona, Harus Waspada?
Penulis: Frida Anjani | Editor: Adrianus Adhi
Merebaknya virus corona nyatanya tak terlalu mempengaruhi peminat kuliner ekstrem di Manado.
Joly Adrian, pedagang kelelawar di Pasar Pinasungkulan Karombasan, merasakan memang ada penurunan permintaan setelah virus corona menyebar namun tidak signifikan.
"Tidak dirasakan banyak," kata Joly saat ditemui dikutip dari Kompas.com, Selasa (28/1/2020).

Joly juga tidak khawatir dengan isu daging kelelawar jadi penyebab timbulnya virus corona akan mengurangi omsetnya.
Pasalnya, dia sudah punya pelanggan tetap.
Setiap hari ada enam pengusaha katering yang membeli daging kelelawar dari Joly.
Kadang malah ada orang yang datang ke lapaknya untuk memborong semua dagangannya.
"Senin (27/1/2020) kemarin, ada yang borong jualan saya Rp 3 juta," kata Joly yang menjual seekor kelelawar dengan harga Rp 35.000.
Joly pun yakin dagangannya tidak akan jadi sumber penyakit karena hewan itu sudah dibakar sebelum dijual.
Kelelawar dituding sebagai hewan pembawa virus corona karena penyakit ini pertama kali ditemukan di Pasar Hubei yang menjual daging mamalia terbang itu.
Dalam kasus SARS, kelelawar menjadi inang.
Mereka menginfeksi hewan lain melalui kotoran atau saliva dan perantara pun tanpa disadari menularkan virus tersebut kepada manusia.
Dalam 45 tahun terakhir, setidaknya ada tiga pandemi lainnya (selain SARS) yang ditelusuri penyebabnya dari kelelawar.
Imbauan agar tak makan daging kelelawar dari IPB
Masyarakat dianjurkan untuk tidak mengonsumsi daging kelelawar maupun hewan liar lain menyusul wabah penyakit pernapasan, yang timbul akibat virus corona baru, ujar pengajar Institut Pertanian Bogor (IPB), lansir dari BBC.