Trauma Perundungan, Siswa SMPN 16 Kota Malang Menangis saat Dikunjungi Wali Kota

Sudah 11 hari, MS (13), siswa SMPN 16 Kota Malang dirawat di Rumah Sakit Kota Malang. MS yang diduga korban perundungan ini masih trauma.

Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: Hesti Kristanti
SURYAMALANG.COM/Hayu Yudha Prabowo
Korban kekerasan atau perundungan, MS saat dijenguk oleh Wali KOta Malang Sutiaji di rumah sakit, Senin (3/2/2020). 

SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Sudah 11 hari ini, MS (13), siswa SMPN 16 Kota Malang dirawat di Rumah Sakit Lavalette Kota Malang.

Siswa yang diduga menjadi korban perundungan teman sekolahnya ini terlihat trauma saat dijenguk Wali Kota Malang, Sutiaji dan Ketua Komisi D Wanedi, Senin (3/2/2020).

Dia menangis keras enggan ditemui banyak orang.

"Sudah 10 hari ini keponakan saya dirawat di RS," jelas paman korban yang enggan disebut namanya kepada SURYAMALANG.COM.

Sejauh ini kasus tersebut sudah ditangani Polresta Malang. Bahkan pada Jumat sore (31/1), Kapolresta Malang Kota, Kombes Pol Leonardus Simarmata menjenguk MS di rumah sakit.

Saat itu, Leonardus menyatakan memang banyak luka lebam di tubuh MS.

Saat menjenguk Sutiaji didampingi keluarga MS, perwakilan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang serta dokter yang menangani MS.

Sutiaji mengatakan, MS masih terlihat trauma sehingga berada di ruang isolasi di kamar inap untuk anak-anak.

Kemarin MS pun terlihat menangis karena tak mau dijenguk siapapun.

Dalam perbincangan dengan Sutiaji, pihak RS menyebutkan bahwa MS ditangani dokter anak, dokter terkait pembuluh darah dan ortopedi.

"Apakah dia juga menggunakan karut BPJS?" tanya Wali kota.

Perwakilan keluarga MS awalnya menyatakan MS menggunakan kartu BPJS. Tapi akhirnya omongan itu diralat, bahwa MS tidak menggunakan BPJS.

"Sekarang membayar sebagai umum," kata perwakilan keluarga dalam perbincangan itu.

Wanedi, Ketua Komisi D meminta agar MS tidak buru-buru dipulangkan oleh RS jika kondisinya masih trauma.

Wanedi juga minta kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk menanggung biaya siswa itu di RS. 

Sejauh ini, pihak sekolah masih belum terbuka terkait kronologis perundungan yang dialami MS oleh teman-temannya.

Hasil kunjungan Wanedi ke sekolah bersama Sutiaji juga ditemukan fakta bahwa MS siswa yang aktif di sekolah.

"Status sosial di sekolahnya ya baik. Dia ketua kelas, aktivis sekolah yaitu paskibra, pramuka dan di BDI (Badan Dakwah Islam)," papar Wanedi. 

Ia juga tak habis pikir mengapa MS dirundung dengan ‘bercandaan’ yang keterlaluan.

Ia berharap, kasus ini jadi pembelajaran semua pihak.

Ia juga menyarankan sekolah-sekolah memasang CCTV agar mengetahui semua kegiatan siswa di sekolah.

Sekolah Dianggap Salah

Wali Kota Malang, Sutiaji menjelaskan, selain mengunjungi MS di rumah sakit, pihaknya bersama Ketua DPRD Kota Malang, Wanedi dan rombongan Komisi D mengumpulkan informasi terkait kejadian yang menimpa MS di SMPN 16 Kota Malang, Senin (32).

"Saya mengumpulkan kepala sekolah, wakasek, wali kelas, guru BK dan guru agama," jelas Sutiaji.

Sutiaji mengatakan, ia meminta keterangan guru agama karena kejadian penganiayaan berlangsung di masjid sekolah.

Ia juga menegaskan, kejadian penganiayaan itu di sekolah, otomatis sekolah tetap salah apapun alasannya.

"Sekolah yang salah karena kejadian itu di sekolah," kata Sutiaji.

Dikatakan, apapun alasannya, sekolah tetap bersalah meski siswa yang menganiaya mungkin mengaku bermaksud bercanda.

Sutiaji juga mendapat informasi bahwa MS juga bermain ‘starter’ bersama teman-temannya.

Starter adalah permainan yang memegangi kaki anak, hingga si anak akan dinyatakan kalah jika merasa kesakitan.

Beberapa kejadian dalam proses panjang terjadi kelebaman di tubuh MS.

Ada tujuh siswa teman MS yang diduga melakukan perundungan tersebut.

Namun Sutiaji meminta agar pendampingan psikologi dan hukum tak hanya untuk MS tapi juga untuk tujuh siswa tersebut karena semua masih anak-anak.

Ia juga menginstruksikan pada kasek agar mengumpulkan dan melakukan pembinaan kepada wali murid agar kejadian ini tak terulang. 

Ia menilai guyonan tujuh siswa tersebut kebablasan sehingga berujung luka bagi MS.

Wanedi, Ketua Komisi D DPRD Kota Malang berharap kejadian seperti ini tak terjadi di lingkungan pendidikan Kota Malang. 

"Karena sudah jadi konsumsi publik pada kasus ini, saya harap, kasus ini tidak ditutupi oleh sekolah dan RS."

"Harus diungkap sebenarnya. Tinggal tunggu hasil visum lengkap seperti apa. Sehingga jelas bagaimana. Kami percaya atas langkah aparat penegak hukum," kata Wanedi.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved