Kesehatan
Tantangan Berbahaya yang Sempat Viral di Medsos, Termasuk Skull Breaker Challenge
Waspada sebelum mengikuti tren challenge atau tantangan yang sedang marak di media sosial, termasuk Skull Breaker Challenge.
Penulis: sulvi sofiana | Editor: Zainuddin
SURYAMALANG.COM, SURABAYA – Waspada sebelum mengikuti tren challenge atau tantangan yang sedang marak di media sosial, termasuk Skull Breaker Challenge.
Tantangan yang melibatkan tiga siswa ini bermula di Venezuela.
Saat satu siswa di tengah melompat, siswa lainnya yang berada di sisi menjegal dua kaki anak tersebut.
Siswa yang berada di tengah tersebut lantas jatuh dengan kepala terhantam lantai.
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, dr Tedy Apriawan SpBS(K) mengungkapkan dampak challenge Tiktok terhadap saraf.
Jika dilihat dari Skull Breaker Challenge, bagian tubuh yang langsung mengenai lantai adalah kepala belakang.
Dokter bedah saraf yang praktik di Divisi Neurotrauma dan Neuroinfeksi RSUD Dr Soetomo ini menjelaskan bagian kepala belakang ada lobus oksipital atau pusat penglihatan dan cerebellum atau otak kecil yang berfungsi sebagai pusat keseimbangan, tonus otot dan kontraktilitas dari koordinasi gerakan.
Menurutnya, benturan yang terjadi dalam video itu mengani bagian kepala belakang, tulang leher, tulang belakang bagian dada, dan tulang belakang bagian punggung.
“Kalau terjadi benturan atau trauma, dampaknya bisa menyebabkan fraktur (patah tulang) dan kematian secara langsung,” ungkap Tedy kepada SURYAMALANG.COM, Sabtu (29/2/2020).
Bahkan ada video yang memperlihatkan kematian secara langsung setelah dijatuhkan.
Tedy menjelaskan kematian tersebut disebabkan oleh pendarahan di dalam otak yang disebut pendarahan epidural hematome.
“Kalau kena fraktur di patah tulang leher, sumsum tulangnya patah, langsung jantung berhenti, atau langsung koma.”
“Jantungnya masih bisa berdetak, istilahnya mati batang otak,” imbuhnya.
Sebelum challenge yang sempat viral, kejadian serupa adalah tindakan siswa yang sering menarik kursi ketika temannya mau duduk hingga menyebabkan jatuh.
Tedy menjelaskan candaan tersebut akan terasa pada lima tahun ke depan.