Berita Tulungagung

Paket Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) Dipertanyakan, Warga Nilai Diduga Kurang dari Rp 200.000

Warga penerima Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Tulungagung mempertanyakan jumlah bantuan yang diberikan

Penulis: David Yohanes | Editor: isy
david yohanes/suryamalang.com
Paket bantuan pangan non-tunai (BPNT) yang baru diterima warga Tulungagung. Warga menganggap paket tersebut harganya tak sepadan dari nilai yang ditetapkan pemerintah setempat dengan barang yang diterima warga 

SURYAMALANG.COM, TULUNGAGUNG - Warga penerima Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Tulungagung mempertanyakan jumlah bantuan yang diberikan. Sebab dari hitungan kasat mata, jumlah barang yang dibagikan tidak sampai senilai RP 200.000, sesuai besaran BPNT dari pemerintah pusat.

Bantuan yang diambil dari warung elektronik (e-warung) ini terdiri dari 12,5 kilogram beras premium, beras Fortivit 1 kilogram dan telur 18 butir. Siswanto, warga Kecamatan Sumbergempol menghitung, nilai barang ini kurang dari Rp 175.000. Beras premium di Bulog dipatok Rp 10.000 per kilogram, sehingga nilai bantuan beras sebesar Rp Rp 125 000.

“Untuk beras Fortivit kan sudah kerja sama dengan Bulog juga, dan dipatok Rp 20.000 per bungkus berisi satu kilogram,” terang Siswanto, Jumat (17/4/2020) sore.

Sedangkan telur saat ini harga di pasaran sekitar Rp 23.000 per kilogram.

Rata-rata satu kilogram telur berisi 16 butir, namun Siswanto mengansumsikan 18 butir telur itu seberat 1,25 kilogram.

Dengan demikian, nilai bantuan telur itu sebesar Rp 28.750.

Jika seluruh bantuan ditotal, nama nilainya hanya Rp 173.750, selisih Rp 26.250 per paket bantuan.

“Pertanyaan saya, kenapa nilainya tidak disesuaikan dengan besaran paket bantuan yang dari pusat?” keluh Siswanto.

Siswanto menambahkan, beras yang dibagikan dikemas dalam karung tanpa merek.

Dengan begitu kualitas beras itu juga dipertanyakan, karena tidak ada lembaga yang bertanggung jawab.

Namun apa pun jenis beras itu, menurutnya tidak boleh melebihi harga beras yang dipatok oleh Bulog.

“Kan bisa saja berasnya lebih mahal. Tapi kalau Bulog bisa menjual murah, kenapa mesti cari yang mahal?” ujar Siswanti.

Sementara seorang pemilik e-warung mengatakan, dirinya tidak tahu menahu dengan paket yang disalurkan ke warga ini.

Sebab paket itu sepenuhnya dikirim oleh Dinas Sosial, dan pihaknya hanya bertugas untuk menyalurkannya.

Saat barang datang sudah dalam bentuk paketan, dan pihaknya juga tidak punya kuasa untuk mengubah-ubahnya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved