Virus corona di Malang

Guru Elektro SMK PGRI 3 Malang Bikin Wastafel Otomatis untuk Cegah Covid-19, Mulai Dapat Pesanan

Wastafel otomatis SMK PGRI 3 Kota Malang ini diberi nama Skariwish (Skari-SMK PGRI 3, Wish = wisuh atau cuci tangan).

SURYAMALANG.COM/Sylvianita Widyawati
SMK PGRI 3 Malang akan memproduksi wastafel portabel dan pengering tangan otomatis, Selasa (21/4/2020). Sudah ada sejumlah pemesanan namun ada kendala di pengadaan sensor 

SURYAMALANG.COM, MALANG - Guru SMK PGRI 3 Kota Malang menggunakan keterampilannya membuat wastafel otomatis dan pengering tangan otomatis sebagai bagian dari upaya mencegah penularan virus corona.

Produk karya guru eletronika itu bahkan sudah dipasang di halaman sekolah.

Wastafel otomatis SMK PGRI 3 Kota Malang ini diberi nama  Skariwish (Skari-SMK PGRI 3, Wish = wisuh atau cuci tangan).

Sedangkan guru pembuatnya adalah bernama Ahmad Athoillah. 

Selain dua wastafel yang dipasang di halaman sekolah,  yaitu yang bersifat permanen dan portabel karya guru itu juga sudah dipesan beberap pihak.

"Sudah ada pemesanan dari masjid, juga sekolah-sekolah termasuk di Jember," jelas Ahmad Athoillah pada suryamalang.com, Selasa (21/4/2020).

Sellain wastafel otomatis guru lain, Mursyid membuat sendiri alat pengering tangan otomatis yang diberi nama Skaridry.

Wastafel otomatif bekerja memakai sistem sensor. Jika ada gerakan tubuh di depannya, maka air akan mengalir otomatis.

"Dalam kondisi pandemi seperti sekarang ini, sebisa mungkin menghindari interaksi tangan langsung ke kran," jelasnya.

Adanya kran elektronik juga bisa berhemat air. Sebab akan otomatis berhenti sendiri jika sensor tidak menangkap ada gerakan tubuh.

Dikatakan, kadang-kadang ada yang punya kebiasaan tetap membiarkan air mengucur dari kran saat tangan memakai sabun.

Namun dikatakan dia, untuk memproduksi banyak wastafel portabel otomatis untuk pemesan masih ada kendala di pengadaan barang, terutama sensornya.

"Untuk di Malang, saya cari sudah gak ada. Sehingga harus belanja secara online. Sekarang mungkin masih di ekspedisi," jelasnya. 

Namun untuk bak wastafel dan rangkanya mudah didapatkan. Letak sensor wastafel permanen dan portabel berbeda meski sama-sama di posisi tengah.

"Untuk wastafel portabel, jika tidak ada gerakan tangan di bawah sensor, maka air tidak akan keluar," kata dia.

"Bikin packagingnya/kotaknya lewat software dulu dan diwujudkan di 3D printing. Sekarang kan di era revolusi industri 4.0," jelasnya.

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved