Berita Malang Hari Ini
Hari 1 PPDB SMPN 2020, Wali Murid Geruduk Dindikbud Kota Malang. Ini yang Dikeluhkan
Hari pertama PPDB SMPN 2020 Jalur Prestasi, Afirmasi, dan Pindahan Orangtua, diwarnai dengan banyak wali murid yang menggeruduk Dindik Kota Malang
Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: isy
SURYAMALANG.COM, MALANG - Hari pertama PPDB SMPN 2020 Jalur Prestasi, Afirmasi, dan Pindahan Orangtua, diwarnai dengan banyak wali murid yang menggeruduk Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (DIndikbud) Kota Malang, Senin (11/5/2020).
Beberapa keluhan yang tertangkap suryamalang.com para wali murid itu mengeluhkan seperti belum ada notifikasi dari aplikasi WA dan Telegram usai mendaftar, sehingga orangtua khawatir.
Ada juga yang nilai rapor yang tidak muncul. Ada juga karena alamat yang kurang jelas, akhirnya jarak rumah-sekolah jadi lebih jauh sehingga harus diperbaiki.
"Ada kesalahan di penulisan alamat sehingga malah jauh dari sekolah di peta," kata Adi, orangtua calon peserta didik yang kemudian bergegas akan ke kelurahan untuk memperbaikinya.
Sebelumnya saat sosialisasi PPDB lalu di aula Dikbud, Zubaidah, Kadisdikbud sudah mengingatkan ke warga agar memperhatikan alamat di KK agar datanya akurat, sehingga ada waktu memperbaiki.
Handoko, orangtua peserta PPDB jalur prestasi menyatakan memilih mendaftarkan anaknya lewat perangkat di sekolah.
"Alhamdullilah lancar. Tadi banyak juga wali murid SDN Kauman 3 mendaftarkan lewat SD," jelasnya pada suryamalang.com di luar aula.
Anaknya diikutkan lewat jalur prestasi non akademik dari olahraga bola.
Ada tiga SMPN yang dipilih yaitu SMPN 8, 6 dan 2.
Dari masing-masing SMPN itu juga keluar data jarak rumah-sekolah dalam kertas cetakan pendaftaran yang dibawanya.
Di aula Dikbud, yang banyak menjelaskan pertanyaan-pertanyaan orangtua adalah Kusmadi, Web Developer untuk PPDB Kota Malang.
Misalkan soal nilai raport itu sebenarnya sudah di data base dari laporan rapor siswa yang sudah ada.
Namun masalah nilai tidak muncul ternyata banyak NIK yang calon peserta banyak yang kosong.
"Dalam satu sekolah ada 20-57 siswa. Dan ada 500 lebih NIK kembar atau kosong," jelas dia di aula.
NIK kosong bisa jadi saat sekolah minta pengumpulan dulu, orangtua tidak memperhatikan sehingga berdampak pada datanya kini.