Berita Arema Hari Ini

Berita Arema Hari Ini 1 Juni 2020 Populer: Hendro Siswanto Ditunjuk Jadi Kapten & Kisah Ruddy Widodo

Berikut ini rangkuman berita Arema hari ini 1 Juni 2020, yang dihimpun oleh SURYAMALANG.

Penulis: Ratih Fardiyah | Editor: Adrianus Adhi
KOLASE SURYAMALANG.COM
Beita Arema hari ini 1 Juni 2020 

Kala itu Arema memang sedang dalam kondisi pas-pasan setelah dilepas PT Bentoel sebagai penyokong dana utama.

Alhasil, pada pekan ke-12, pemain dan pelatih mengalami keterlambatan gaji.

Padahal, kala itu Arema sedang panas-panasnya di puncak klasemen.

Akhirnya masalah ini diselesaikan secara kekeluargaan.

Pemain, pelatih dan manajemen duduk bersama untuk saling memahami.

Perjuangan berlanjut sehingga Arema menjadi juara dengan 23 kemenangan, empat kali imbang, dan tujuh kekalahan.

2. Bermateri pemain biasa

Krisis finansial membuat Arema tidak berani belanja pemain bintang.

Untuk pemain lokal saja, manajemen banyak mengandalkan pemain-pemain muda yang minim jam terbang, seperti Benny Wahyudi, Kurnia Meiga, Juan Revi, Ahmad Bustomi, Dendi Santoso, Johan Alfarizi, dan Sunarto.

Apalagi pada tahun tersebut adalah debut Rene Albert sebagai pelatih di Indonesia.

Dengan materi tersebut membuat publik skeptis Arema bisa bercokol sebagai tim papan atas.

Namun, Arema jeli dalam berburu pemain.

Pemain yang didatangkan bukanlah pemain muda sembarangan.

Mereka merupakan pemain-pemain berpotensi yang haus akan pencapaian.

Terbukti setelah sukes membawa Arema juara, mereka menjadi tulang punggung di berbagai klub.

Selain itu, kecerdikan lainnya, Arema menguatkan sektor pemain asing untuk menutupi kekurangan jam terbang pemain lokal.

3. Duo Singapura yang melegenda

Bicara soal Arema yang juara 2010 tidak lengkap rasanya tanpa membahas duo Singapura Muhammad Ridhuan dan Noh Alam Shah.

Dua pemain asing ini mengisi slot asing Arema.

Keputusan untuk mendatangkan dua pemain Timnas Singapura itu disambut dengan rasa ragu dan cibiran.

Maklum, ketika berbicara pemain asing, yang terbesit kala itu adalah pemain asal Afrika atau Eropa.

Namun, keraguan tersebut dibayar tuntas.

Justru dua pemain menjadi katalis kesuksesan Arema memenangi setiap pertandingannya.

Dua pemain itu menjadi sosok legenda yang hingga saat ini dielu-elukan Aremania.

Khususnya Noh Alam Shah, pemain pekerja keras, tanpa kompromi, garang, dan punya mental sekuat baja yang mewakili filosofi Singo Edan.

4. Diperkuat pemain Piala Dunia, Pierre Njanka

Selain duo Singapura, satu lagi pemain yang mencuri perhatian adalah bek asal Kamerun, Pierre Njanka.

Njanka pernah merasakan Piala Dunia 2002 bersama sederet nama besar dunia seperti Samuel Eto’o, Carlos Kameni, Lauren, dan bintang Chelsea Geremi.

Dia berhasil membuat pertahanan Singo Edan kian kokoh.

Bersama Njanka, Arema hanya kebobolan 22 gol.

Mereka pun didaulat menjadi tim dengan jumlah kebobolan paling sedikit.

Selain itu, mantan pemain Persija Jakarta tersebut juga berhasil membantu Arema mencatatkan 17 kali clean sheet.

5. Dirayakan di Tengah kemegahan SUGBK

Secara kebetulan, pertandingan terakhir digelar di kandang Persija Jakarta, Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), yang juga merupakan stadion terbesar di Indonesia.

Hubungan baik antara Aremania dan Jakmania menghidupkan suasana di stadion yang dibangun pada 8 Februari 1960 itu.

Sore itu, SUBGK berubah menjadi panggung megah tempat Singo Edan yang mengangkat trofi Liga Indonesia pertamanya.

Sebuah mimpi indah bagi pemain-pemain Arema karena tidak semua pemain bisa mengangkat gelar juara di tengah kemegahan SUGBK.

6. Menang besar atas Persija Jakarta

Arema berhasil menutup kompetisi dengan kemenangan besar 5-1 atas Persija Jakarta.

Kemenangan ini amat berkesan bagi Dendi Santoso cs dan Aremania yang hadir ke Senayan.

Sejatinya, pertandingan ini sudah tidak lagi menentukan karena Arema FC sudah memastikan gelar juaranya saat menahan imbang PSPS Pekanbaru pada pertandingan sebelumnya.

Namun, kemenangan ini menjadi penutup yang manis dalam perjuangan Arema berburu gelar.

Meskipun kalah besar, penggemar Persija Jakarta ikut merayakan kemenangan saudara timurnya tersebut.

Bahkan, kala itu muncul gurauan bahwa kemenangan tersebut adalah kado sekaligus ucapan selamat dari The Jak kepada Aremania.

Persaudaraan yang kental antara kedua suporter tersebut menambah kemeriahan pengalungan gelar yang diterima Arema.

Aremania pun berpesta di sana karena Jakarta layaknya rumah kedua bagi mereka.

7. Dua sisa-sisa kejayaan, Dendi Siswanto dan Johan Alfarizi

Dari 28 nama pemain yang membawa Singo Edan ke puncak kejayaan Bola Lokal, hanya dua nama saja yang tetap bertahan hingga saat ini yakni Dendi Santoso dan Johan Ahmad Alfarizi.

Dua pemain ini menjadi saksi sejarah kejayaan Arema pada musim 2010.

Dendi Santoso dan Johan Ahmad Alfarizi adalah produk akademi Arema.

Mereka berhasil promosi ke tim utama pada tahun 2008 silam.

Kala itu mereka menyandang status sebagai pemain muda dengan jam terbang yang minim.

Namun, bibit potensi yang mereka tunjukan cukup membuat Robert Rene Alberts memberikan kepercayaan.

Jika dihitung, dua pemain sedang menjalani musim ke-12 bersama Arema.

Tidak sekadar loyalitas, Dendi Santoso dan Johan Ahmad Alfarizi juga menjadi simbol semangat perjuangan Arema FC.

( Dya Ayu/ Ratih Fardiyah/ SURYAMALANG.COM )

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved