Virus Corona di Malang
UPDATE Virus Corona Malang Batu Surabaya Jatim Kamis 18 Juni 2020, Malang Raya Melonjak 299 Positif
Update virus corona di Malang Batu Surabaya Jatim Kamis 18 Juni 2020, kasus positif di Malang Raya melonjak jadi 299 orang.
Penulis: Sarah Elnyora | Editor: Adrianus Adhi
*Catatan: angka persebaran covid-19 di atas dapat berubah sewaktu-waktu.
Data di atas dikutip dari http://infocovid19.jatimprov.go.id dan https://lawancovid-19.surabaya.go.id/
- Berikut update berita terkait corona di Malang, Batu, Surabaya dan Jawa Timur:
1. Angka Penularan Covid-19 di Surabaya Naik Pasca Pelonggaran PSBB

Transmission rate dan juga attack rate Covid-19 di Surabaya Raya kembali melonjak pasca PSBB di Surabaya Raya dilonggarkan,
Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur Joni Wahyuhadi, mengatakan dengan kondisi seperti ini, sesuai teori lebih baik dikembalikan ke masa restriksi.
Hal tersebut disampaikan Joni dalam paparannya di hadapan Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla yang datang ke Gedung Negara Grahadi Surabaya, Rabu (17/6/2020).
"Attack rate dan transmission rate Surabaya Raya kembali naik setelah pelonggatan PSBB. Ini mengecewakan. Kalau sesuai teori dengan kondisi ini harusnya revive back to lockdown, kalau kita ya harusnya kembali ke PSBB," kata Joni.
Kondisi yang paling disorot yaitu Surabaya yang kasusnya 50,4 persen dari total kasus di Jatim. Saat ini attack rate Kota Surabaya 139,7 ini attack rate tertinggi se Indonesia. Artinya setiap 100.000 penduduk 140 orang di antaranya positif covid-19. Sedangkan untuk Jatim attack rate saat ini adalah 19,7.
Kemudian untuk transmission rate Surabaya saat ini adalah 1,22. Sedangkan transmission rate Jawa Timur adalah 1,1.
"Padahal Jawa Timur ini transmission rate nya pernah di angka 0,86, artinya kasusnya akan hilang. Begitu juga Surabaya Raya transmission rate-nya pernah 0,5. Jadi sebetulnya PSBB sangat bisa dan efektif sebagai metode pengendalian penularan covid-19," kata Joni yang juga Dirut RSUD Dr Soetomo ini.
Joni menerangkan, masyarakat Surabaya Raya dengan adanya pelonggaran PSBB justru kian menurun untuk memperhatikan protokol kesehatan.
Seperti mengenakan masker, masih banyak yang abai. Dan yang masih mencolok adalah kurang disiplinnya penegakan physical distancing.
Ia menunjukkan data penelitian lapangan terkait distribusi kepatuhan masyarakat dalam memakai masker dan menerapkan physical distancing.
Di tempat ibadah yang patuh hanya 64,6 persen, kemudian pasar tradisional yang patuh baru 89,3 persen, perkantoran dan pabrik yang patuh hanya 58,9 persen, serta yang melakukan olahraga di luar ruangan yang patuh hanya 45,1 persen.
2. Pemkot Surabaya Keberatan

Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya nampaknya bakal keberatan jika Kota Surabaya kembali diberlakukan PSBB.
Hal itu merespon Pemprov Jatim yang menyinggung melonjaknya transmission rate dan juga attack rate di Surabaya Raya.
"Kami bekerja untuk bagaimana hal-hal itu tidak terjadi," kata Wakil Koordinator Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya, M Fikser, Rabu (17/6/2020).
Pemkot saat ini disebutnya terus berfokus pada penanganan pandemi ini secara penuh.
Namun, juga tetap mempertimbangkan roda perekonomian warga agar tetap dapat berjalan selaras dengan upaya memutus mata rantai penyebaran virus corona.
Keduanya, disebut Fikser tetap menjadi perhatian Pemkot Surabaya.
Oleh sebab itu, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Surabaya itu mengatakan, harusnya dalam situasi seperti ini semua pihak harus sadar dan bahu membahu untuk menyelesaikan wabah ini.
"Dengan melibatkan partisipasi warga yang kuat, kesadaran warga kita dorong, kita harapkan hal itu tidak terjadi (PSBB kembali diberlakukan)," ungkap Fikser.
Menurut Fikser, sejauh ini, Pemkot Surabaya terus melakukan pola penanganan pandemi ini secara massif.
Pelacakan atau tracing dilakukan dan dibarengi dengan pemeriksaan massal seperti rapid test serta swab test.
Ke depan, Fikser mengatakan, upaya tracing macam itu juga bakal semakin massif mengingat ada rencana bantuan relawan dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Unair yang akan bergabung untuk menguatkan upaya tracing di lapangan.
"Kita berharap warga untuk bersama jangan sampai PSBB itu terjadi di Surabaya, patuhi protokol kesehatan, disiplin menjadi kunci," ujar Fikser.
3. Pemkot Surabaya Bantah Rasio Tracing Kasus Covid-19 Disebut Terendah di Jatim

Pemkot akhirnya bereaksi terkait anggapan rasio tracing di Surabaya yang disebut rendah oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jatim.
Anggapan itu dibantah lantaran Pemkot menyebut telah melakukan pola tracing yang massif.
"Saya rasa tracing kita sudah cukup lumayan," kata Koordinator Bidang Pencegahan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya, Febria Rachmanita, Rabu (17/6/2020).
Feny menyebut, tracing di Surabaya telah dilakukan sejak awal temuan kasus virus corona di kota pahlawan.
Tracing atau pelacakan dilakukan secara massif seiring pertambahan kasus terkonfirmasi di Surabaya.
Hingga saat ini, dia menyebut sudah ada ribuan orang yang terdata lantaran gencarnya tracing itu.
Jumlah ODP, ODR di Surabaya mencapai angka belasan ribu. Tepatnya sekitar 12 ribu sekian. Hal itu disebutnya lantaran gencar dilakukan pelacakan.
"Kalau misalnya itu dibilang kecil, ada enggak daerah lain yang 12 ribu nyarinya, tracing," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya itu.
Pola tracing yang digunakan oleh Pemkot, lanjut Feny, yakni dengan melacak kontak erat pasien konfirmasi di Surabaya.
Tak hanya dilingkungan keluarganya, melainkan juga tempat kerja sang pasien, serta pernah bertemu siapa saja dalam kurun waktu dua minggu terakhir.
Pola tracing ini bakal kian massif ke depan. Sebab, Feny mengungkapkan, dalam waktu dekat bakal ada bantuan tenaga dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Unair.
"Kemudian kita kemarin juga dapat bantuan beberapa tenaga yang biasa membantu kita dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi. Nah, itu nanti yang akan membantu kita lagi ke depan," tutur Feny.
Tracing itu kemudian diikuti oleh sejumlah pemeriksaan, seperti rapid test hingga swab test.
Hingga saat ini, dia menyebut rapid test di Surabaya telah dilakukan sekitar 66.522, hal itu terhitung sejak awal Mei lalu. Sedangkan, swab 9.304.
Sebelumnya, Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jatim Joni Wahyuhadi mengatakan bahwa komitmen tracing Pemkot Surabaya masih rendah.
Padahal kenaikan jumlah kasus terkonfirmasi positif covid-19 Kota Surabaya sangat tinggi, bahkan attack rate nya tertinggi di Indonesia.
Rendahnya komitmen tracing ini menurut Joni tidak bisa dibiarkan jika ingin serius dalam melakukan pemutusan mata rantai penularan virus di tengah pandemi.
Dengan tracing yang cepat dan tepat, masyarakat yang potensi terpapar akan diketahui dan bisa dilakukan tindak lanjut, baik observasi, isolasi ataupun perawatan di layanan kesehatan.
"Kami ada data, yang membuat setiap malam itu kami ngenes. Yaitu daerah yang case nya banyak tapi tracingnya rendah. Surabaya tracingnya hanya 2,8 persen dari 1 kasus positif yang ditemukan dari tracing Kota Surabaya. Kondisi ini adalah komitmen tracing terendah di Jatim," kata Joni, dalam paparannya di hadapan Ketua Umum Palang Merah Indonesia Jusuf Kalla di Gedung Negara Grahadi, Rabu (17/6/2020).
Komitmen tracing tertinggi di Jawa Timur dari grafik yang dipaparkan Joni adalah Kabupaten Kediri. Rasio tracing nya adalah 19,9 dengan jumlah kematian kasus terkonfirmasi positif covid-19 sejumlah 8.
Sedangkan Kabupaten Sidoarjo rasio tracingnya adalah 3,5 dengan jumlah kematian kasus positif covid-19 Jatim nya sebesar 57. Dan untuk Kabupaten Gresik rasio tracingnya adalah 8,8 dengan jumlah kematiannya adalah sebesar 19.
"Nah untuk Kota Surabaya ini ternyata rasio tracingnya terendah di Jatim dan angka kematiannya tertinggi, dengan jumlah kematiannya adalah 234," tegasnya.
(Fatimatus Zahro/Yusron Naufal Putra/Sarah Elnyora/SURYAMALANG.COM)