Berita Malang
Berita Malang Hari Ini Rabu 24 Juni 2020 Populer: 3 Tahap SBMPTN 2020 dan Lonjakan Kasus Covid-19
Berita Malang hari ini Rabu 24 Juni 2020 Populer: 3 tahap SBMPTN 2020 dan lonjakan kasus Covid-19 sumbang tingginya angka virus corona di Jawa Timur
Penulis: Sarah Elnyora | Editor: Adrianus Adhi
SURYAMALANG.COM, MALANG - Berikut berita Malang hari ini Rabu 24 Juni 2020 tentang 3 tahap SBMPTN 2020.
Selain itu, berita Malang hari ini lainnya juga membahas kasus baru Covid-19 yang turut menyumbang lonjakan di Jawa Timur.
Agar tidak semakin penasaran, langsung saja simak berita Malang hari ini populer yang terangkum di bawah ini.
1. 3 Tahap SBMPTN 2020

LTMPT (Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi) menyiapkan skema UTBK (Ujian Tulis Berbasis Komputer)-SBMPTN dalam tiga tahap karena kondisi pandemi Covid-19.
Sehingga setiap hari hanya untuk ujian dua sesi dari semula empat sesi per hari.
Ujian tahap pertama tetap pada jadwal 5-12 Juli 2020. Sedang tahap kedua pada 20-29 Juli 2020.
Tahap kedua merupakan penundaan jadwal bagi mereka yang terkena sesi dua dan tiga saat mendaftar lalu.
Tahap ketiga disebut sebagai force majeur pada 29 Juli-2 Agustus 2020 sebagai UTBK cadangan.
Tahap ketiga ini memang disiapkan jika ada bencana alam, permasalahan infrastruktur, peserta tidak bisa keluar lintas provinsi dan atau kabupaten/kota karena zona merah/hitam dan untuk peserta yang datang ke lokasi ujian saat dicek suhunya 38 derajat celcius.
Sedang mereka yang mendapat jadwal sesi pertama dan ketiga saat mendaftar, jadwalnya tetap di 5-12 Juli 2020.
Karena hanya dua sesi, jadwal ujiannya sesi pertama pukul 09.00-11.00 WIB dan sesi kedua pukul 14.00-16.15 WIB.
Sementara bagi peserta ujian yang zona merah yang harus melakukan perjalanan antar provinsi/kota/kabupaten dari zona merah, maka pusat UTBK bisa bermitra dengan SMK-SMA yang memiliki fasilitas UNBK.
Dengan begitu, peserta tidak perlu melakukan perjalanan ke pusat UTBK yang dipilihnya. Namun cukup di sekolah yang jadi mitra penyelenggara.
"Saat ini kami sedang memetakan peserta UTBK-SBMPTN yang memilih pusat UTBK UM," jelas Dr am Yunus, Ketua Panitia UTBK-SBMPTN pada suryamalang.com, Selasa (23/6/2020).
Dijelaskan, sampai penutupan pendaftaran pada 20 Juni 2020, jumlah peserta yang memilih UTBK UM sebanyak 12.388.
"Sebagian besar pesertanya dari Malang Raya," kata dia. Karena dilaksanakan saat pandemi, maka harus dikoordinasikan dengan berbagai lintas sektor.
Karena salah satu arahan dari LTMPT adalah untuk pelaksanaan UTBK harus dapat izin dari Satgas Covif-19.
Dikatakan, itu menjadi kewenangan pemerintah pusat. "Kami team UTBK UM masih menunggu petunjuk teknis dari pusat tentang hal tersebut," jawabnya.
Tahun ini, pusat UTBK hanya ada 74. Jumlah peserta yang ikut sebanyak 702.927 orang atau mencapai 64 persen dari target.
Rinciannya sebanyak 557.125 peserta reguler dan 145.802 peserta KIP Kuliah.
Salah satu peserta, Audri yang awalnya mendapat sesi dua di hari pertama pelaksanaan UTBK-SBMPTN pada 5 Juli 2020 memilih berpikir positif karena jadwal ujiannya mundur.
"Jadi saya lebih banyak waktu mempersiapkan diri untuk ujian," kata dia.
Ia belum tahu mendapat jadwal kapan karena belum ada informasi. Ia memilih melaksanakan UTBK di UB.
2. Lonjakan Kasus Covid-19

Jumlah kasus covid-19 Jawa Timur tembus di angka 10.092 Kasus Per hari ini, Selasa (23/6/2020).
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur menyatakan penambahan kasus covid-19 baru per hari ini ada sebanyak 274 kasus.
Tambahan tersebut tersebar di berbagai kabupaten- kota se Jatim.
Di antaranya Jumlah kasus covid-19 baru di kabupaten dan Kota Malang yang angkanya cukup besar yakni 13 kasus dari Kabupaten Malang dan 20 dari Kota Malang.
Jumlah Kasus baru lainnya yakni 2 kasus baru di Kabupaten Sampang, 40 dari Kab. Sidoarjo, 3 dari Kota Probolinggo, 4 dari Kab. Lumajang, 3 dari Kota Pasuruan, 2 dari Kab. Magetan, 3 dari Kab. Kediri, 1 dari Kab. Lamongan, 32 dari Kab. Gresik, 14 dari Kab. Jombang, 1 dari Kota Blitar, 6 dari Kab. Bangkalan, 1 dari Kab. Probolinggo, 1 Kota Mojokerto, 2 dari Kab. Bojonegoro, 1 dari Kab. Pacitan, 4 dari Kab. Nganjuk, 4 dari Kab. Jember, 7 dari Kab. Pasuruan, 2 dari Kab. Mojokerto, 1 dari Kab. Sumenep, dan 107 Kota Surabaya (Pending Surabaya 132).
Tim Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur Makhyan Jibril Al Farabi mengatakan ada beberapa penyebab mengapa penambahan kasus covid-19 di Jawa Timur masih tinggi.
Ia mengatakan, pertama penyebabnya karena Pemprov Jatim bersama Pemkab-Pemkot di daerah tengah menggencarkan testing dan tracing.
Per pekan ini, total sudah ada sebanyak 213.211 warga Jawa Timur yang sudah dites. Jumlah ini menjadi yang terbanyak di Pulau Jawa.
Yang otomatis, dengan semakin banyak yang dites, maka potensi untuk ditemukan kasus baru juga akan meningkat.
Terlebih alat tes PCR juga mulai disebar di daerah sehingga kapasitas uji spesimen juga meningkat sehingga penambahan kasus baru juga meningkat.
"Tentunya peningkatan testing yang masih di Jawa Timur menjadi alasan kasus baru terus ditemukan. Karena kalau ditemukan kasus baru juga dilakukan tracing. Ini dilakukan untuk menjaring masyarakat yang dimungkinkan OTG yang masih ada di masyarakat," kata Jibril.
Sedangkan alasan yang kedua adalah penyebaran virus masih belum berhenti. Terutama di Kota Surabaya, di Kabupaten Sidoarjo dan di Kabupaten Gresik.
Ia kemudian menyinggung transmission rate. Untuk Jawa Timur saat ini secara provinsi, transmission ratenya adalah 1,0. Sedangkan untuk Kota Surabaya angkanya saat ini hampur menyentuh 1,4.
Transmission Rate ini artinya adalah laju atau kecepatan penambahan infeksi virus.
Misalnya untuk transmission ratenya adalah 1,4. Maka dalam masa reproduksi virus 5-7 hari, maka dari 10 orang posittif maka akan menginfeksi 14 orang.
"Semakin angka transmission ratenya di atas 1 maka potensi terbentuknya kasus baru akan semakin tinggi," kata Jibril.
"Karena ini masih naik terus maka pertumbuhan kasus baru nya ya akan masih jalan," imbuhnya.
Tidak hanya itu, Jibril juga secara khusus kembali mengingatkan Kota Surabaya bahwa attack rate covid-19 kembali naik. Per hari ini, Selasa (23/6/2020), attack rate Kota Surabaya menyentuh angka 189,3.
Artinya dalam 100.000 penduduk Kota Surabaya ada sebanyak 190 orang yang terkonfirmasi positif covid-19. Angka ini terus naik seiring dengan dilonggarkannya masa restriksi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Makhyan Jibril Al Farabi mengatakan bahwa angka ini naik secara signifikan. Tepat pekan lalu pada tanggal 16 Juni 2020, angka attack rate Kota Surabaya ada di angka 139,7.
"Yang harus kita sama-sama waspada adalah Kota Surabaya masih belum aman. Meski sudah tidak PSBB, masyarakat tidak bisa kemudian euforia dan sebebas-bebasnya tidak memperhatikan protokol kesehatan," tegas Jibril.
Dalam sepekan naiknya dari 139,7 menuju 189,3 untuk attack rate ini sangat menghawatirkan.
Sementara itu Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan bahwa dari seluruh kasus covid-19 di Jawa Timur, 51 persennya ada di Kota Surabaya.
Jika mengintervensi penanganan covid-19 di Kota Surabaya sama halnya dengan membantu separo lebih untuk penanganan covid-19 di Jawa Timur.
"Surabaya raya rata-rata 68 persen dari seluruh kasus di Jatim, kalau kita mengintervensi kasus Surabaya Raya maka kita mengintervensi 68 persen Jawa Timur. Bahasa sederhananya marilah berlomba dalam kebaikan, marilah menurunkan angka kematian, karena angka kematian masih di atas rerata kematian nasional itu menjadi PR bersama," kata Khofifah.
Faktor yang paling paling banyak menyebabkan kematian kasus covid-19 adalah komorbid atau penykit bawaan.
Data Pemprov Jatim, komorbid tertinggi penyebab kematian adalah diabetes. Di Jawa Timur kasus meninggal akibat diabetes mencapai 26,6 persen.
Kemudian komorbid kedua yang menyebabkan kematian adalah hipertensi dengan persentase 25,6 persen.
Dan ketiga adalah penyakit jantung, dengan persentase sebanyak 18 persen.
3. Pengukuhan 3 profesor baru UB

Universitas Brawijaya (UB) menambah tiga profesor baru yang pengukuhannya dijadwalkan secara daring Rabu (24/6/2020) .
Mereka adalah Prof Ir Arifin Noor Sugiharto MSc PhD di bidang ilmu bioteknologi pertanian. Kemudian Prof Dian Handayani SMK MKes PhD di bidang ilmu gizi dan Prof Dr Mohamad Khusaini SE MSi MA di bidang ilmu keuangan daerah.
Proses pengukuhan akan digelar secara terbatas, tidak banyak undangan di acara pengukuhan karena dalam kondisi pandemi Covid-19.
"Pengukuhannya besok, Rabu (24/6/2020) secara daring lewat streaming youtube channel UBTV," jelas Kotok Gurito, Kasubag Humas dan Kearsipan UB pada suryamalang.com, Selasa (23/6/2020).
Ia menyebut Undangan paling banyak sekitar 30 orang.
Jumlah undangan itu sudah termasuk rektor, ketua senat, dekan fakultas dan ketua senat asal tiga profesor itu serta anggota keluarga.
Dalam kondisi normal, biasanya pengukuhan di dalam gedung Widyaloka dipenuhi undangan.
Dian adalah profesor pertama di Prodi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran (FK) UB dan menjadi profesor ke 11 di FK.
Dalam pidatonya, ia menyoroti problem kesehatan yaitu obesitas yang banyak di Indonesia.
"Saya memang fokus pada obesitas. Di Indonesia jumlahnya tidak pernah turun," kata Dian Handayani pada wartawan di ruang senat UB, Selasa (23/6/2020).
Dikatakan, jika obesitas dibiarkan, maka akan mempengaruhi biaya kesehatan. "Bahkan bisa tidak bekerja," katanya.
Sehingga perlu intervensi lewat makanan dari sisi aspek gizi. Sebab makanan fungsional lebih dipilih daripada obat-obatan.
Selain itu juga perlu diintervensi lewat edukasi. Maka dalam pengabdian pada masyarakat, ia membuat aplikasi berbasis android yang mudah digunakan, agar tahu kandungan energinya. Sehingga makanpun tidak berlebihan.
Sedang Mohamad Khusaini menyatakan implementasi desentralisasi dilaksanakan pada 2002.
Daerah-daerah banyak yang menjadi kaya. Daerah bisa mengelola uangnya sendiri yang sebelumnya disebut keuangan negara di pusat.
"Adanya desentralisasi membuat pemerintah jadi lebih dekat dengan masyarakat. Sebab barang dan jasa yang diadakan Pemda sesuai kebutuhan masyarakatnya," kata Khusaini.
Adanya desentralisasi juga membuat masyarakat bisa membandingkan. Misalkan dari pajak-pajak daerah, seberapa hasilnya buat masyarakat.
Dalam desentralisasi juga ada ketimpangan fiskal. Sebab tiap daerah kondisinya beda.
Ada daerah kaya dan miskin. Karena itu pemerintah memberikan dana perimbangan. Tujuannya pada jangka panjang akan mengarah pada titik yang sama (maju).
Namun desentralisasi fiskal juga ada masalah baru. Yaitu timbul ego sentral.
Misalkan Jakarta banjir menyalahkan daerah lainnya. Ini juga diharapkan tidak terjadi di Malang Raya atau daerah-daerah yang saling terkoneksi seperti Gerbangkertasusila atau di di Malang Raya.
"Di Malang Raya harusnya dalam kebijakan pembangunan, merancang dengan konsep Malang Raya. Konsepnya berbasis kewilayahan," tegasnya.
Hal ini termasuk manajemen fiskalnya. Otoda tidak bisa seenaknya sendiri dan perlu campur tangan pemerintah di atasnya.
Sedang Arifin menyampaikan bahwa Indonesia adalah produsen jagung ke 10 di dunia dan tertinggi di Asean.
Jagung selain untuk pakan dan pangan meski masih subsitusi.
"Sebab masih terbiasa dengan padi," kata profesor dari Fakultas Pertanian ini.
Dalam kondisi perubahan cuaca global, bertanam padi sebenarnya tidak cocok karena boros air.
Padahal saat ini butuh efisiensi. Berbeda dengan jagung meski nutrisinya lebih bagus dibanding padi.
Maka agar tidak sekedar menjadi makanan substitusi pangan, syaratnya di rasa jagung. Yaitu bagaimana membuat rasa jagung punel seperti nasi.
Ia bersama peneliti jagung yang tergabung di Maize Research Center UB konsisten mengkaji dan mempelajari bioteknologi dalam upaya perakitan varietas jagung unggul yang futuristik.
Beberapa hasilnya sebanyak 13 varietas telah dipatenkan. Dan empat telah dikomersialkan.
"Bagi saya, jadi profesor itu bukan final destination. Tapi sarana bagi saya untuk makin mengembangkan diri," kata Arifin.
Ia ingin Indonesia memiliki kemandirian benih dan pangan.
Sebab benih jagung masih banyak yang import yaitu Rp 4 triliun per tahun. Sehingga memberikan devisa bagi negara lain
(Sylvianita Widyawati/Fatimatuz Zahro/Sarah Elnyora/SURYAMALANG.COM)