Kapolda NTB Berikan Penghargaan Kepada Polisi yang Tolak Laporan Anak Ingin Penjarakan Ibu kandung

Kapolda Nusa Tenggara Barat (NTB) Irjen Pol Mohammad Iqbal memberikan apresiasi yang tinggi kepada anggotanya yang menolak laporan anak ingin penjarak

Penulis: Farid Farid | Editor: Adrianus Adhi
Kolase Surya.co.id
Ilustrasi Artikel Kapolda NTB Berikan Penghargaan Kepada Polisi yang Tolak Laporan Anak Ingin Penjarakan Ibu kandung 

SURYAMALANG.COM - Kapolda Nusa Tenggara Barat (NTB) Irjen Pol Mohammad Iqbal memberikan apresiasi yang tinggi kepada anggotanya yang menolak laporan anak ingin penjarakan ibunya. 

Anggota kepolisian ini bernama AKP Priyono Suhartono adalah Kasat Reskrim Polres Lombok Tengah yang videonya viral di media sosial karena menasehati anak yang ingin penjarakan ibunya. 

Melansir dari Artikel Tribunnews.com: " Tolak Laporan Seorang Pria Pidanakan Ibu Kandung,  AKP Priyono Terima Penghargaan dari Polda NTB" 

Kabid Humas Polda NTB, Kombes Pol Artanto membenarkan Priyono mendapatkan penghargaan dari Polda NTB.

Penghargaan yang diberikan berupa piagam dalam rangka HUT ke-74 Bhayangkara.

"Iya benar, jadi piagam penghargaan kepala Polda NTB ini diberikan karena dedikasinya di bidang penegakan hukum," kata Artanto kepada Tribunnews, Kamis (2/7/2020).

Artanto mengatakan dedikasi penegakan hukum yang dimaksud adalah keputusannya yang viral saat Priyono menolak pelaporan anak yang ingin mempidanakan ibu kandungnya sendiri.

"Penegakan hukum yang dimaksud kebijakan dalam mengambil keputusan, menolak laporan seorang pria yang menuduh ibunya menggelapkan sepeda motor," katanya.

Kasat Reskrim Polres Lombok Tengah AKP Priyo Suhartono menjadi sorotan publik hingga viral di media sosial.

Hal itu lantaran tindakannya menolak laporan seorang anak berinisial M (40) asal Lombok Tengah, NTB yang ingin memenjarakan ibu kandungnya berinisial K (60).

Anak tersebut melaporkan ibunya karena permasalahan sepele.

M mengaku keberatan lantaran sepeda motor milik ibunya dipakai bersama-sama oleh saudaranya yang lain.

Saat dikonfirmasi, Priyo menuturkan peristiwa tersebut terjadi pada Sabtu (27/6/2020) sekitar pukul 09.00 WITA.

Priyo menjelaskan duduk perkara dari kejadian tersebut, bermula dari sang anak menjual tanah warisan ayahnya senilai Rp 200 juta.

Dari hasil penjualan tanah tersebut, M membelikan ibunya sepeda motor.

Lalu, oleh sang ibu, motor tersebut digunakan bersama dengan saudaranya yang lain.

Rupanya sang anak keberatan bila motor tersebut dipakai bersama-sama, M pun menuding sang ibu menggelapkan sepeda motor tersebut.

"Akhirnya ribut mereka, si anak bilang 'ibu bisa saya penjarakan' dan ibunya bilang 'saya lebih baik dipenjara daripada memberi motor ini. Karena kata ibunya anak tersebut sudah ngambil semua hasil penjualan tanah, masa motor ini diambil lagi," ujar Priyo kepada Tribunnews, Senin (29/6/2020).

Saat itu, Priyo mencoba melakukan mediasi dengan kedua belah pihak.

Namun sang anak tetap bersikeras untuk melaporkan ibunya.

Priyo pun dengan tegas mengatakan tidak akan menerima laporan tersebut.

Ia sampai tak habis pikir mengapa hanya permasalahan motor, si anak tega melaporkan ibunya.

"Tetapi anaknya tetap bersikeras, saya sampai spontan bilang ingin beli motornya tapi dengan syarat sujud dengan ibunya," katanya

Karena sang anak tetap kukuh ingin melaporkan ibunya, Priyo menyuruhnya pulang untuk menenangkan pikiran.

Ia menyarankan agar perseteruan ibu dan anak tersebut diselesaikan secara kekeluargaan.

Hingga Senin (29/6/2020) kemarin, Priyo menuturkan sang anak tidak datang lagi.

Tetapi informasi terbaru yang dia dapatkan, anak tersebut mau melaporkan ke Polda NTB.

"Pelaku belum datang lagi, infonya pelaku mau melapor ke Polda. Saya bilang ya itu hak pelapor mau melapor dimana saja silakan," ujar Priyo.

Lantas apa yang melatarbelakangi sosok Priyo menolak laporan anak tersebut?

Priyo mengaku tidak tega melihat seorang ibu yang sudah lanjut usia harus berurusan dengan polisi hanya karena permasalahan sepele.

"Intinya kalau bicara profesional kita tidak boleh menolak laporan, tapi di sisi lain, saya juga manusia biasa yang punya hati nurani."

"Kalau laporannya saya terima saya proses, terlalu kejam rasanya."

"Kasian banget saya melihat ibu itu sambil menangis," tuturnya.

Sejak menjabat sebagai Kasat Reskrim di Lombok Tengah, Priyo mengaku baru pertama kali mendapat laporan seperti ini.

Ia pun berharap bila terjadi kasus serupa, lebih baik diselesaikan dengan kepala dingin dan melibatkan tokoh masyarakat saja.

"Harapan saya kalau ada perkara seperti ini pikirkan baik-baik, pikirkan dengan kepala dingin. Mungkin lebih bagus libatkan tokoh masyarakat, kepala desa, tokoh agama, dirundingin saja tidak perlu dipolisikan," jelas Priyo.

Lebih lanjut, Priyo pun mengaku senang kala dirinya mendapat banyak pujian dari warganet dan lembaga-lembaga lain.

Artinya, tindakan dirinya menolak laporan mendapat dukungan dari banyak pihak.

"Saya hanya menjalankan tugas sesuai dengan hati nurani saya. Tapi pada intinya dari pimpinan dan masyarakat senang, alhamdulillah bisa membawa nama institusi Polri ke arah baik," katanya.
 

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved