Berita Bondowoso
Tim BPCB Jatim Meninjau Langsung ke Dalam Sumur Bondowoso, Kemungkinan Peninggalan Majapahit
Temuan batu bata merah ini mengindikasikan adanya suatu pemukiman yang cukup besar di Desa Alas Sumur, Pujer, Bondowoso pada masa Kerajaan Majapahit.
Penulis: Danendra Kusuma | Editor: Dyan Rekohadi
"Bentuk garis yang melengkung, bulat, atau lurus merupakan kearifan para pengrajin batu bata. Oleh sebab itu, tak ada hubungannya antara garis batu bata dengan usia maupun asalnya," kata Arkeolog BPCB Jatim, Wicaksono Dwi Nugroho, Rabu (16/9).
Wicaksono menjelaskan, namun, bila dilihat dari ukurannya, panjang 30 cm lebar 17 cm ketebalan 5 cm, dan teknik pembuatan dengan cara digosok, merupakan ciri batu bata dari Kerajaan Majapahit.
"Sebenarnya ukuran asli batu bata itu panjangnya 32 cm, lebar 21 cm, dan ketebalan 6-7 cm. Karena menggunakan teknik gosok dalam pembuatannya jadi terkikis. Ini ciri batu bata Majapahit," jelasnya.
Ia melanjutkan, temuan batu bata merah ini mengindikasikan adanya suatu pemukiman yang cukup besar di Desa Alas Sumur, Pujer, Bondowoso pada masa Kerajaan Majapahit.
Hal itu bisa dilihat dari struktur batu bata merah yang punya 11 lapis. Struktur batu bata itu diduga merupakan bentuk dari dinding rumah.
"Hasil diskusi dengan pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, memang adan pemukiman desa-desa kuno di sekitar Gunung Raung yang meliputi Bondowoso, Jember, Banyuwangi. Pemukiman ini disebut juga di Kitab Negarakertagama. Meski begitu perlu penelitian lebih lanjut," urainya.
Ia menambahkan, dalam Kitab Negarakertagama, pemukiman desa kuno di sekitar Gunung Raung pernah dikunjungi oleh Hayam Wuruk raja ke-4 Kerajaan Majapahit.
"Untuk memastikannya, nanti pelajari literasi lebih lanjut. Dari ciri-ciri fisiknya, jelas dari masa Kerajaan Majapahit. Hubungan antara Kerajaan Majapahit dengan Bondowoso ini sangat menarik. Bondowoso sendiri terkenal dengan peninggalan Megalitikumnya," pungkas Wicaksono.