Nasional

7 Perwira TNI Dibunuh dan Dibuang di Lubang Buaya dalam Peristiwa G30S/PKI, Ini Kisah dan Profilnya

Tercatat ada tujuh perwira TNI yang diculik dan dibunuh dalam peristiwa kelam G30S/PKI, pada 30 September 1965 malam hingga keesokan pagi

Editor: eko darmoko
KOMPAS/IWAN SETIYAWAN
Monumen Pancasila Sakti di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur, Minggu (8/5/2011). 

SURYAMALANG.COM - Tercatat ada tujuh perwira TNI yang diculik dan dibunuh dalam peristiwa kelam G30S/PKI, pada 30 September 1965 malam hingga keesokan pagi.

Ketujuh perwira ini dibunuh karena dituduh akan melakukan makar terhadap Presiden Pertama RI Soekarno melalui Dewan Jenderal.

Jenazah ketujuh pahlawan revolusi tersebut kemudian dimasukkan ke dalam sebuah sumur di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur.

Siapa Dalang G30S/PKI? Mengapa Suharto Tidak Dibunuh PKI dan Malah Muncul sebagai Pahlawan?

Suharto dan Sukarno
Suharto dan Sukarno (dok Kompas / IST)

Ketujuh perwira tersebut adalah sebagai berikut:

1. Jenderal Ahmad Yani

Ahmad Yani adalah satu di antara 6 jenderal yang terbunuh pelatuk senapan PKI pada 1 Oktober 1965 dini hari di kediamannya, Menteng, Jakarta Pusat.

Lahir pada 19 Juni 1922 di Purworejo, Jawa Tengah, Ahmad Yani tutup usia di umur 43 tahun.

Diberitakan Harian Kompas, 14 Agustus 2017, pemandu Museum Jenderal Ahmad Yani, Sersan Mayor Wawan Sutrisno, mengungkapkan pasukan yang datang menyergap masuk melalui pintu belakang dan membunuh Sang Jenderal saat itu juga.

Sementara, yang lain ada yang bertugas menyekap pasukan penjaga rumah Ahmad Yani, ada juga yang bertugas mengepung rumah itu.

2. Mayjen R Soeprapto

Berdasarkan informasi dari laman Sejarah TNI, pada 30 September 1965, Soeprapto baru saja melakukan pencabutan gigi sehingga pada malam harinya merasa tidak nyaman dan tidak bisa tertidur.

Di saat itu, Suprapto menyelesaikan lukisan yang niatnya akan diserahkan kepada Museum Perjuangan di Yogyakarta.

Sekitar pukul 04.30 pagi di keesokan harinya, rombongan penculik menghampiri rumahnya.

Anjing menggonggong, Soeprapto pun bertanya siapa yang ada di luar.

Rombongan di luar menjawab "Cakrabirawa", mengetahui hal itu tanpa rasa curiga apa pun Suprapto yang masih dalam keadaan mengenakan piyama dan sarung keluar menemui mereka.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved