Berita Lumajang Hari Ini
Fakta-fakta Gunung Semeru Meletus, Mulai dari Kesaksian Warga di Kaki Gunung Hingga Luncuran Lahar
Fakta-fakta Gunung Semeru Meletus, Mulai dari Kesaksian Warga di Kaki Gunung Hingga Luncuran Lahar
SURYAMALANG.COM, LUMAJANG - Gunung tertinggi di Pulau Jawa, Gunung Semeru, meletus dan mengeluarkan awan panas selama tiga jam, pada Selasa (1/12/2020).
Imbas aktivitas gunung setinggi 3676 mdpl ini yang terus meningkat, warga yang tinggal di dekat kaki Gunung Semeru diminta untuk mengungsi.
Gunung Semeru terletak di dua kabupaten, yakni Lumajang dan Malang, di Provinsi Jawa Timur.
Gunung Semeru merupakan bagian dari Seven Summits Indonesia.
Baca juga: Gunung Semeru Meletus Semburkan Lahar, Suara Toa Masjid di Lumajang Peringatkan Warga Cepat Ngungsi
Baca juga: Gunung Semeru Meletus, Warga 2 Kecamatan di Lumajang Diperintahkan Mengungsi
Iwan salah satu warga Desa Oro-oro Ombo, Kecamatan Prunojiwo mengatakan, fenomena itu terjadi sekitar pukul 02.00 WIB, guguran lava itu menyerupai awan panas.
"Memang pukul 02.00 itu laju luncuran lava panas itu semakin besar hingga pukul 02.20 secara kasat mata seperti guguran awan panas," ujarnya, Selasa.
Masih dikatakan Iwan, guguran kali ini yang keluar dari kawah Jonggring Saloko terjadi lebih besar dari biasanya.
"Itu kayaknya sampai mengarah ke Curah (Besuk) Kobokan," ungkapnya.
Hal senada dikatakan Aisyah. Kata Aisyah, sebelum hujan abu terjadi sekitar pukul 02.00 WIB, dirinya mendadak terbangun dari tidur lantaran mendengar suara letusan dari Gunung Semeru.
"Memang ada suara letusan Gunung Semeru," ujarnya kepada SURYAMALANG.COM.
Takut terjadi yang tidak diinginkan, Aisyah pun memilih untuk mengungsi ke rumah keluarganya.
"Ngungsi ke rumah saudara karena takut kalau bertahan di sini," ungkapnya.
Kabid Pencegahan Kesiapsiagaan dan Logistik BPBD Kabupaten Lumajang Wawan Hadi Siswoyo mengatakan, ada dua kecamatan yang terdampak akibat awan panas letusan Gunung Semeru, yakni Kecamatan Pronojiwo dan Candipuro.
Sambung Wawan, semua warga dari dua kecamatan itu akan dievakuasi ke Lapangan Kamar Kajang, Candipuro.
"Kami jadikan satu biar lebih mudah kontrolnya kesehatan dan kebutuhan logistik pengungsi," katanya.
Pihaknya juga mengimbau bagi masyarakat yang masih bertahan di rumah diminta untuk segera mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Sementara itu, Pengamat Gunung Api Semeru di Pos Pantau Api (PGA) Sawur, Lumajang, Yadi Yuliandi mengatakan, luncuran awan panas terjadi dua kali, yakni pukul 01.23 WIB dan 01.45 WIB.
"Satu awan panas guguran yang satu awan panas letusan," katanya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Selasa.
Untuk awan panas berlangsung cukup lama yakni hampir tiga jam, mulai pukul 01.45 WIB hungga 04.33 WIB.
Akibat kondisi itu, membuat awan panas letusan terus meluncur ke bawah, ke arah Curah Besuk Kobokan sepanjang 11 kilometer.
"Jarak 11 kilometer itu karena terus-terusan. Dia (awan panas letusan) keluarnya bertahap makanya dorong lagi dorong lagi sampai 11 kilometer meter," jelasnya.

Lahar panas menerjang sungai di kawasan Besuk, Kobokan, Lumajang, saat Gunung Semeru meletus, Selasa (1/12/2020).
Terpantau, sungai yang biasanya dimanfaatkan warga sekitar untuk menambang pasir itu kini telah terpenuhi lahar panas.
Bahkan, material vulkanik yang keluar dari puncak Roro Jonggring dengan jarak 3.000 meter masih mengeluarkan asap tebal.
Muhammad salah satu petugas yang saat itu berjaga di lokasi tambang mengatakan, lahar panas itu datang pada sekitar pukul 02.30.
"Langsung datang tiba-tiba, gak ada tanda-tanda suara gemuruh maupun tanda-tanda kayak api," ujar Muhammad, Selasa (1/12/2020).
Untungnya, kata Muhammad, saat lahar panas datang semua penambang berhasil menyelamatkan diri.
Hanya saja dua truk dan satu eskavator tak bisa diselamatkan karena terlanjur lahar panas.
Sementara itu, menurut Bupati Lumajang, Thoriqul Haq hingga saat ini lahar panas tersebut masih terus terjadi.
Bahkan, lahar panas itu ketinggiannya kini sudah mencapai 30 meter.
"Dan pasirnya masih panas," terangnya.
Untuk itu, ia meminta agar warga segera menjauhi lokasi tersebut.
Sebab dikhawatirkan lahar panas itu memungkinkan bisa mengeluarkan letusan-letusan sekunder.