Kronologi Bocah 2 Tahun Meninggal di Gendongan Sang Ibu Saat Diajak Mengemis
Berikut adalah kronologi bocah 2 tahun meninggal di gendongan ibu saat diajak mengemis di Bekasi.
Penulis: Frida Anjani | Editor: eko darmoko
Penulis: Frida Anjani | Editor: Eko Darmoko
SURYAMALANG.COM - Berikut adalah kronologi bocah 2 tahun meninggal di gendongan ibu saat diajak mengemis di Bekasi.
Kejadian balita meninggal saat dibawa mengemis ibunya itu langsung menjadi perhatian Pemkot Bekasi dan mengaku lalai.
Seorang balita laki-laki berusia dua tahun meninggal dunia di gendongan sang ibu saat diajak untuk menjadi pengemis.
Ia memang sedang sakit ketika diajak ibunya mengemis demi uang untuk makan.
Kasus yang terjadi di kawasan Bantar Gebang, Kota Bekasi, diakui Pemkot Bekasi sebagai kelalaian pihaknya dalam menanggani warga miskin.

DIkutip dari Kompas.com, Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi, mengaku bahwa pihaknya kurang melakukan antisipasi terhadap hal-hal semacam itu.
"Mungkin ada satu kelalaian dari kami ya, antisipasi terhadap ketidakmampuan warga kita, Dinas Sosial," kata Rahmat, Senin (30/11/2020).
Rahmat yang akrab disapa Pepen itu menilai, seharusnya jajaran Pemkot Bekasi sudah bisa mendeteksi keberadaan warga miskin, khusunya para penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS). Dengan demikian bantuan materi dan fasilitas kesehatan bisa diberikan kepada mereka.
"Tapi sebenarnya kami juga ada fasilitas, ada rumah singgah yang luar biasa, harusnya bisa terdeteksi, kan satpol di kecamatan kami ada," kata dia.
Pepen berjanji akan lebih meningkatkan penanganan warga miskin agar peristiwa seperti itu tak terjadi lagi.
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bekasi, Choiruman J Putro sebelumnya mengatakan, ada kesan Pemkot tidak terbuka terkait data orang miskin di setiap wilayah Kota Bekasi.
"Terus terang saja, seringkali pejabat terkait, seperti lurah atau camat, enggak mau terbuka ketika mereka menyampaikan apa adanya data tersebut. Mereka merasa seperti aib, tidak terbuka (soal data jumlah orang miskin)," kata Choiruman
Karena itu, Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) yang masuk ke Dinas Sosial pun tak maksimal sehingga bantuan kepada masyarakat miskin tidak merata atau tidak tepat sasaran.
Mereka yang tidak dapat bantuan, lanjut Choiruman, dipastikan kesulitan mencari nafkah dan mau tidak mau terlantar di jalanan.